Sunday 25 November 2018

Acara Televisi Favorit - SELEKTA POP


Pada tahun 1983 - 1991, TVRI pernah merilis sebuah acara musik dengan format yang sangat dinamis. Acara tersebut adalah Selekta Pop yang ditayangkan setiap Sabtu malam minggu pertama setiap bulan, pukul 21.30 - 22.30.

Acara ini terbilang cukup sukses dan mendapat respon yang sangat positif dari para penonton. Bukan saja lantaran masih dimonopoli (ga ada pilihan tontonan.....), namun juga karena format acaranya yang terbilang sangat dinamis dan "tidak lazim" di masa itu.

Jika kebanyakan acara musik yang ditampilkan cenderung monoton - para penyanyi menyanyi di panggung diiringi band musik atau sendirian - maka Selekta Pop merupakan kumpulan video klip yang dibuat dengan tampilan yang menarik dan segar. Lagu yang dibawakan pun sangat beragam, namun kebanyakan adalah lagu pop (sesekali ada juga musik jazz dan rock).

Kesuksesan acara ini tidak lepas dari tangan dingin Produser sekaligus penggarap acara tersebut : Daniel Jacob Nawi atau biasa dikenal dengan nama DJ Nawi.


Selekta Pop di awal pemunculannya (1983) - masih di dalam studio
Sebelum ditangani DJ Nawi, acara Selekta Pop sebenarnya sudah digarap oleh beberapa orang, diantaranya : Dharma Bawie, Hoediono, Syam NM, dan Totto KH. Selekta Pop sendiri sudah mulai mengudara sejak tahun 1983. Sayang, acara tersebut kurang mendapat respon yang positif dari pemirsa karena mengusung format yang sama seperti acara-acara sebelumnya (acara musik di dalam studio dan panggung).

Pada tahun 1984, DJ Nawi mendapat kesempatan untuk menggarap acara tersebut. Bersama tim kreatif yang dibentuknya, mereka membuat format acara Selekta Pop yang sangat berbeda. Diadaptasi dari konsep MTV yang waktu itu barusan "booming" di Amerika Serikat, DJ Nawi membuat tayangan Selekta Pop layaknya kumpulan Video Klip. Setiap lagu dibuat video klip khusus yang pengambilan gambarnya dilakukan di luar ruangan, bukan di atas panggung atau studio TVRI.

Pengambilan gambar pun dibuat dengan sangat artistik, dengan bantuan efek kamera khusus yang terbilang masih sangat baru di masa itu (termasuk penggunaan animasi dan perubahan gambar yang sangat dinamis). Alhasil tampilan acara ini begitu "wah" dan disukai banyak pemirsa.

Para produser lagu pun banyak tertarik dengan format acara seperti itu, sehingga berbondong-bondong mendaftarkan lagu-lagu artis mereka untuk bisa dipromosikan di acara tersebut. Karena keterbatasan durasi, maka rata-rata 1 kali acara, Selekta Pop hanya bisa menayangkan 12 - 14 lagu saja.

Selekta Pop sera DJ Nawi - lebih dinamis dan di luar studio
Karena proses pengambilan gambarnya yang terbilang cukup rumit, maka waktu penayangan acara pun hanya bisa dilakukan 1 bulan sekali, di mana slot acaranya adalah setiap Sabtu Malam di minggu pertama setiap bulannya.

Meski tampak lama, waktu itu sebenarnya sangat singkat bagi kru DJ Nawi, terlebih untuk membuat video klip untuk 12 - 14 lagu yang terbilang tidak mudah. Meski demikian, berkat kerja kerasnya, Selekta Pop selalu berhasil tayang tepat waktu dan menampilkan video klip yang menarik perhatian.

Pada tahun 1989, stasiun televisi swasta RCTI mengudara dan menayangkan banyak acara unggulan. Di antara sekian banyak acara yang ditayangkannya, RCTI banyak merilis acara-acara musik khusus untuk anak muda di masa itu. Selain video klip lokal, mereka pun menampilkan juga video klip luar negeri. Ditambah lagi acara-acara musik khas remaja (Asia Bagus) yang berhasil menarik minat para penonton.

Acara-acara RCTI tersebut rupanya berimbas pada Selekta Pop. Perlahan tapi pasti, penonton Selekta Pop beralih pada acara-acara musik di RCTI. Para produser pun perlahan-lahan mengalihkan perhatian mereka pada RCTI yang memiliki acara musik jauh lebih banyak dan rutin dibandingkan Selekta Pop yang tayang sebulan sekali.

Di tahun 1991, peminat Selekta Pop pun berkurang sangat drastis. Bahkan rata-rata 1 bulan, produser Selekta Pop hanya menerima kurang dari 6 permintaan pembuatan video klip, yang berarti jauh dari harapan. Melihat peminat yang terus menurun, akhirnya acara Selekta Pop pun dihentikan.

Meski kini Selekta Pop sudah tidak ada lagi karena kalah telak dengan acara musik yang banyak bertebaran di televisi swasta, namun para penonton era 1980an tentu tidak akan pernah lupa kalau Selekta Pop pernah menjadi pionir acara musik berformat video klip yang sangat menghibur. 




Wednesday 8 August 2018

Film Legendaris - Sundel Bolong (1981)


Nama aktris (almarhum) Suzanna dikenal publik sebagai Ratu Film Horor Indonesia. Selain karena banyaknya film horor yang diperaninya sukses besar, Suzanna memiliki tatapan tajam yang cukup ditakuti banyak orang. Belum lagi kisah hidupnya yang sering dikaitkan dengan dunia klenik, membuat Suzanna semakin identik dengan film horor.

Padahal wanita yang bernama asli Suzanna Martha Frederica van Osch yang lahir di Bogor tanggal 13 Oktober 1942 (meninggal di Magelang 15 Oktober 2008) ini mengawali karir keartisannya justru sebagai aktris film drama. Film pertama yang diperaninya berjudul Darah dan Doa (1950) karya sutradara Usmar Ismail. Selanjutnya karirnya terus melejit dengan banyak bermain di film-film drama seperti Asmara Dara (1958), Bertamasja (1959), Mira (1963), Segenggam Tanah Perbatasan (1965), Suzie (1966), dan lain-lain.

Film horor pertama yang diperaninya adalah Beranak dalam Kubur (1971). Film yang disutradarai Awaludin - yang juga diperani Mieke Widjaja dan Dicky Suprapto (yang kelak menjadi suami Suzanna), dan Ami Prijono - menjadi film horor master-piece yang sangat sukses di masa itu. Pasca kesuksesan film ini, Suzanna tidak langsung menetapkan pilihan untuk bermain di film bergenre horor. Dia masih tetap main di film-film drama hingga tahun 1981.

Pada tahun 1981, merupakan titik awal karirnya sebagai Ratu Film Horor Indonesia. Di tahun ini dia memerani film Sundel Bolong, sebuah film horor karya Sutradara Sisworo Gautama Putra. Film ini merupakan adaptasi dari mitos / cerita rakyat asal Malaysia yang kemudian menjadi sangat populer di masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.

Dalam film tersebut - yang juga diperani Barry Prima, Rudi Salam, dan Ruth Pelupessy - Suzanna berperan sebagai Alisa, seorang mantan PSK yang memilih untuk hidup menjadi wanita baik-baik setelah menemukan pria pujaan hatinya, Hendarto (Barry Prima). Alisa kemudian bekerja di sebuah butik milik Rudi (Rudi Salam). Rudi terpikat kecantikan Alisa dan berusaha menggodanya. Tetapi Alisa menolak dengan halus. Penolakan Alisa ini menimbulkan amarah Rudi.

Karena itu, Rudi kemudian menculik Alisa lalu memaksanya berhubungan intim. Akibat dari hal itu, Alisa hamil. Karena merasa malu dengan suaminya, Alisa kemudian bunuh diri.

Pasca kematiannya, Alisa berubah menjadi sosok arwah gentayangan dengan punggung bolong yang dikenal orang dengan sebutan Sundel Bolong. Satu-persatu orang yang pernah melukai hatinya - termasuk orang-orang yang menculik dan memerkosanya - tewas dengan cara mengenaskan.

Film ini menjadi film legendaris yang banyak disukai banyak orang. Tidak hanya itu, legenda Sundel Bolong yang awalnya hanya cerita mitos justru dipercayai sebagai kisah nyata pasca peredaran film tersebut.

Pasca kesuksesan film Sundel Bolong inilah, Suzanna kemudian sering bekerja sama dengan Sutradara Sisworo Gautama Putra menggarap film-film horor, seperti Nyi Blorong (1982), Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983), Perkawinan Nyi Blorong (1984), Bangunnya Nyi Roro Kidul (1984), Malam Jumat Kliwon (1986), Petualangan Nyi Blorong (1986), Malam Satu Suro (1987), dan Santet II : Wanita Harimau (1989).

Selain itu, Suzanna juga banyak bekerja sama dengan sutradara lain dalam membuat film horor, seperti : Santet (1988), Ratu Buaya Putih (1988), Titisan Dewi Ular (1989), dan Perjanjian Di Malam Keramat (1991). 

Tidak heran dengan intensitas bermain di film horor yang cukup tinggi selama dekade 1980-an, Suzanna kemudian meraih predikat Ratu Film Horor Indonesia.

Pasca mundurnya Suzanna dari dunia perfilman, banyak orang yang kemudian membuat ulang film bertemakan Sundel Bolong : Legenda Sundel Bolong (2007) yang disutradarai Hanung Bramantyo, dengan pemeran Uli Auliani dan Jian Batari. Selain itu jug ada Kafan Sundel Bolong (2012) yang disutradarai Yoyok Subagyo, dengan pemeran Azis Gagap dan Arumy Bachim. Sayangnya, kedua film itu belum mampu mengalahkan imej Suzanna dalam memerani Sundel Bolong.

Sunday 29 July 2018

Sinetron Jadul - LOSMEN (1986 - 1989)



Di tahun 1980-an, pernah ada sebuah sinetron yang terbilang sangat legendaris bahkan hingga hari ini merupakan sinetron terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Sinetron tersebut berjudul Losmen. Ditayangkan di TVRI pada tahun 1986, sinetron ini merupakan hasil kolaborasi Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing dalam menulis naskah sekaligus menyutradarai.

Para aktor dan aktris pendukung sinetron ini bukan asal. Mereka semua adalah para seniman senior dan para pemain teater muda yang sangat handal di masanya : Mieke Widjaja, Mang Udel  (Drs. R. Panji Poernomo Tedjokusumo), Sutopo HS, Mathias Muchus, Ida Leman, Eeng Saptahadi, dan Dewi Yull. Selain Mieke Widjaja dan Mang Udel yang sudah terkenal terlebih dahulu, para pemain lain merupakan pendatang baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Namun berkat kesuksesan sinetron tersebut, mereka menjadi artis populer Indonesia, meski sebagian dari mereka kini sudah tidak aktif di dunia perfilman.

Sinetron Losmen mengisahkan tentang Bu Broto (Mieke Widjaja), istri dari Pak Broto (Mang Udel) - seorang pegawai negeri - yang barusan menjalankan usaha membuka losmen di Yogyakarta, setelah suaminya pensiun dari pekerjaan. Dalam menjalankan usahanya, Bu Broto dibantu 3 anaknya : Tarjo (Mathias Muchus), Pur (Ida Leman), dan Sri (Dewi Yull). Mereka dibantu oleh satu orang pegawai, Pak Atmo (Sutopo) yang bekerja membersihkan losmen sekaligus membantu membawakan bawaan para tamu.

Awalnya, bisnis losmen ini tidak mudah karena mereka harus bersaing dengan usaha losmen lain yang sudah lebih dulu muncul. Namun dengan usaha pantang menyerah, akhirnya losmen Keluarga Broto pun mulai dikenal banyak orang dan banyak wisatawan yang tinggal di sana.

Dua hal yang menjadi daya tarik Losmen Srikandi - nama losmen yang dikelola Keluarga Pak Broto - adalah keramah-tamahan pengelolanya serta kebersihan losmennya, yang banyak dipuji para wisatawan "beda dengan yang lain". Selain itu, kepiawaian Pak Broto memainkan ukulele dan bernyanyi lagu keroncong juga menjadi daya tarik tersendiri dalam setiap episode sinetron ini.

Selain perjuangan mengelola bisnis mereka, Bu Broto juga harus berhadapan dengan masalah yang dihadapi oleh anak-anaknya : Tarjo yang bingung dengan masa depan pasca lulus sarjana. Pur (biasa dipanggil Mbak Pur) yang belum juga punya pasangan hidup, padahal dia merupakan anak sulung dalam keluarga. Serta Jeng Sri yang bermasalah dengan kehidupan keluarganya dan pada akhirnya bercerai dari suaminya, Mas Jarot (Eeng Saptahadi).

Setiap episode menampilkan cerita yang sangat memikat dan membumi. Sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia di masa itu. Apalagi nuansa Jawa yang sangat kental dalam sinetron itu (musik gamelan, penggunaan bahasa Jawa, serta pakaian dan setting losmen khas Jawa), membuat suasana terasa nyaman dan tenang.

Selain itu, yang paling menarik adalah akting dari semua pemeran di serial tersebut. Semuanya bermain sangat apik, di mana setiap intonasi, artikulasi, serta mimik wajah sangat alami dan lugas, sehingga sinetron Losmen terlihat sebagai tontonan yang sangat berkelas. Sayang, sinetron yang menampilkan akting kelas internasional seperti Losmen sudah tidak lagi bisa temukan di sinetron-sinetron yang tayang hari ini. Para artis masa kini bisanya cuma jago berakting marah-marah dan menangis sedih. Tidak ada yang bisa akting saat mengajukan bertanya serius / cerdas, berpikir keras, bahkan berakting santai.

Sayang, sinetron Losmen tidak berumur panjang dan harus berakhir tayang di tahun 1989. Sempat dibuat versi layar lebarnya berjudul Penginapan Bu Broto (1990). Sayang, meski diperani oleh para pemeran yang sama dengan versi sinetron, versi layar lebarnya kurang menggigit dan keluar dari pakem yang biasa ditampilkan di layar televisi. Akibatnya film layar lebar tersebut kurang mendapat sambutan hangat dari penonton.

Thursday 12 July 2018

Teknologi Masa Lalu - BETAMAX


Hiburan sandiwara radio, acara televisi, dan film bioskop menjadi primadona di era 1960an. Tetapi memasuki era 1970an - terutama tahun 1975 - hiburan tersebut mendapat saingan berupa "home-entertainment" (hiburan di rumah), yang menjadi alternatif hiburan murah-meriah yang dapat dinikmati oleh keluarga dan orang banyak. Hiburan itu tidak lain adalah Video.

Video pertama kali muncul dan diperkenalkan dunia pada tanggal 10 Mei 1975 oleh perusahaan Sony dari Jepang.  Dan produk hiburan rumah pertama yang diperkenalkan oleh perusahaan itu - selain televisi - adalah nama Kaset Betamax (atau cukup disingkat dengan nama "Betamax" saja).


Kaset Betamax adalah pita magnetik yang dapat menyimpan gambar dan suara untuk durasi tertentu. Kaset ini hanya dapat diputar dengan alat pemutar khusus yang disebut Video Player atau Video Tape. Di Indonesia, produk ini dikenal dengan nama "Kaset Video" atau "Video Kaset".

Nama Betamax sendiri berasal dari 2 kata : Beta dan Max. Beta adalah Abjad Yunani yang bentuk tulisannya mirip dengan gulungan pita kaset. Sedangkan Max merupakan singkatan dari "Maximum" (Luar Biasa). 

Kaset Betamax berbentuk persegi panjang dengan lebar 12.7 sentimeter, dan merupakan pengembangan dari produk perekam gambar dan suara bernama U-Matic. Bedanya U-Matic berukuran lebih besar dari pada kaset Betamax (19 - 20 sentimeter).
Kaset Video Betamax

Karena perekaman suara dan gambar menggunakan pita, maka ada keterbatasan dalam penyimpanan data tersebut. Karena itu, dibuatlah standar panjang pita dan durasi putar kaset video. Adapun Standar kaset tersebut terbagi menjadi beberapa jenis :
L-125 (panjang pita 38 meter) ==> Durasi 30 - 45 menit
L-165 (panjang pita 51 meter) ==> Durasi 40 - 60 menit
L-250 (panjang pita 76 meter) ==> Durasi 60 - 90 menit
L-370 (panjang pita 114 meter) ==> Durasi 90 - 135 menit
L-500 (panjang pita 152 meter) ==> Durasi 120 - 180 menit
L-750 (panjang pita 229 meter) ==> Durasi 180 - 270 menit
L-830 (panjang pita 254 meter) ==> Durasi 200 - 300 menit

Betamax Video Player
Selain konsol pemutar kaset video, Sony juga  meluncurkan produk kamera perekam yang dikenal dengan nama Betacam. Produk ini dirilis tahun 1982 dan menjadi salah satu produk fenomenal yang digandrungi banyak orang. Berkat kamera ini, banyak orang yang kemudian menggemari hobi membuat film amatir.

Kaset VHS
Bulan Oktober 1976, JVC - pesaing Sony di dunia teknologi - merilis kaset video VHS (Video Home System). Mirip dengan Betamax, VHS merupakan produk perekam suara dan gambar menggunakan pita magnetik. Berbeda dengan Betamax yang awalnya diproduksi untuk pasar Jepang, VHS justru diproduksi untuk pasar Amerika Serikat. Produk ini merupakan mengembangan dari VTR (Video Tape Recorder) yang dirilis tahun 1950 dan menjadi alat perekam untuk keperluan stasiun televisi merekam acara mereka. Untuk membaca rekaman di VHS, maka pengguna harus menggunakan alat pemutar yang disebut Video Cassette Recorder (VCR).


Perbandingan ukuran Betamax dan VHS
Masa keemasan dunia kaset video terjadi pada dekade 1970 - 1980 di mana Betamax dan VHS masing-masing merajai pasar dunia hiburan. Betamax sangat populer di kawasan Asia karena alat pemutarnya yang lebih murah (ketimbang VCR) dan produknya mudah ditemukan. Sedangkan VHS jauh lebih populer di Eropa dan Amerika Serikat karena kualitas gambarnya yang jauh lebih tajam dan baik dibandingkan Betamax, meski alat pemutarnya jauh lebih mahal ketimbang Betamax.

Di era itulah, hiburan berupa video banyak beredar luas di masyarakat, terutama Indonesia. Di awal pemunculannya, video mendapatkan "perlawanan" sengit dari pengusaha bioskop. Hal ini dikarenakan banyak film-film luar negeri yang dikopi dalam bentuk video, kemudian disewakan. Harga sewa video yang tergolong sangat murah dan dapat ditonton oleh banyak orang, sempat memukul industri bioskop di masa itu.

Belum ada orang yang berpikir untuk membeli dan mengoleksi video saat itu karena pertimbangan biaya sewa yang jauh lebih murah ketimbang membeli. Dan karena permintaan dan kebutuhan hiburan di rumah yang cukup tinggi di masa itu, maka ada beberapa orang yang menjadikannya sebagai peluang bisnis. Mereka biasanya membeli video dari luar negeri, kemudian menduplikasikannya dan menyewakan duplikat tersebut.

Antara tahun 1970 - 1980an, penyewaan video dicap "haram" karena tidak ada izinnya (serta payung hukumnya). Meski demikian, bisnis sewa-menyewa kaset video menjanjikan keuntungan yang sangat besar, sehingga banyak orang yang sembunyi-sembunyi menyewakan kaset video. Tetapi ada juga yang cukup berani membuka toko dan menyewakan video secara terbuka.

Pada tahun 1995, berdasarkan Keputusan Menteri Penerangan RI No. 221/KEP/MENPEN/1995, dibentuklah ASIREVI (Asosiasi Importir Rekaman Video). Keberadaan ASIREVI bertujuan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan impor rekaman video. Dengan demikian, video yang beredar dan disewakan dapat dikontrol dan lebih terkendali. Keberadaan bisnis video sewaan pun menjadi legal dan banyak orang yang bebas menyewa video tanpa takut-takut lagi.

Sebelum adanya ASIREVI, video yang beredar merupakan video bajakan yang direkam dari video asli dari luar negeri, sehingga video yang beredar adalah video tanpa teks Indonesia. Pasca ASIREVI, video luar negeri yang beredar sudah diberi teks Indonesia. Selain itu, konten di dalam video pun dapat lebih dikontrol sehingga hal-hal yang tidak cocok dengan norma-norma ketimuran Indonesia dapat ditangkal.

Meski perkembangan hiburan rumah kian marak dengan munculnya Laser Disc (LD) pada tahun 1978 yang menawarkan tampilan gambar yang jauh lebih bersih dan lebih baik, namun posisi video Betamax dan VHS masih tidak tergoyahkan di dunia. Bahkan dalam persaingan bisnis, LD tidak mampu menyaingi kekuatan kaset video sehingga LD akhirnya berhenti berproduksi di tahun 2001.

Pada tahun 1993, perusahaan elektronik Sony, Phillip, Matsushita, dan JVC secara serentak merilis Video Compact-Disc (VCD) sebagai alternatif hiburan. VCD merupakan piringan digital yang mampu menyimpan data gambar dan suara dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada kaset video. Durasi penyimpanan adalah 74 menit dengan format MPEG-1.

Karena bentuknya yang kecil dan dibuat masal, biaya produksi VCD menjadi lebih murah dan lebih terjangkau. Karena itu, dalam peredarannya, VCD tidak disewakan tetapi dijual masal dengan harga yang sangat kompetitif.

Kemunculan VCD praktis menghantam kaset video dan menciptakan tren baru bagi masyarakat dunia, terutama Indonesia. Para penikmat film tidak perlu lagi harus menyewa alat hiburan yang mereka butuhkan, tetapi mereka bisa membeli dan mengoleksi film yang mereka sukai. Dengan adanya tren baru ini, maka perlahan tapi pasti, Penimat Film mulai meninggalkan Kaset Video.

Meski demikian, video tidak mati secara otomatis. Negara seperti Eropa dan Amerika Selatan yang menjadi pasar yang cukup baik untuk kaset video. Meski demikian, dengan semakin meluasnya peredaran VCD, penikmat kaset video akhirnya pun beralih ke VCD.

Pada tahun 2015, kaset video praktis sudah ditinggalkan orang. Semua orang telah beralih ke DVD - yang merupakan pengembangan dari VCD - dan Blu-ray Disck (BD) karena kualitas suara dan gambarnya ratusan kali lebih baik ketimbang kaset video. Melihat kondisi ini, pada tanggal 10 November 2015, Sony akhirnya mengumumkan menghentikan produksi Kaset Video, dan praktis sejak saat itu, peredaran dan produksi kaset video dihentikan total di seluruh dunia.

Kini kaset video Betamax dan VHS telah menjadi sejarah bagi kita semua. Meski demikian, kaset video akan selalu dikenang sebagai tonggak sejarah dan awal terciptanya "Home-Entertainment" di dunia.

Sunday 8 July 2018

Acara TV Legendaris - Asia Bagus



Pada tahun 1991, jauh sebelum masyarakat mengenal kompetisi menyanyi internasional seperti American Idol, The Voice, dan i-Sing, Jepang pernah membuat acara kompetisi menyanyi tingkat Asia yang dikenal dengan sebutan Asia Bagus.

Acara ini diproduseri oleh Fuji TV (Jepang), dengan mengajak stasiun televisi dari 3 negara Asia untuk berpartisipasi di acara tersebut : Singapura (TCS-5), Malaysia (TV3), dan Indonesia (TVRI). Konsep acara tersebut adalah mengundang para penyanyi dari negara-negara tersebut untuk mengadu kemampuan berolah vokal mereka.

Uniknya, meski acara ini diproduseri Fuji TV (Jepang), namun tidak memberikan keuntungan finansial kepada jaringan televisi tersebut, karena acara ini justru tidak tayang di Jepang. Meski demikian, uang bukan menjadi alasan Fuji TV memproduseri acara ini, namun lebih pada upaya menjalin keakraban antar negara Asia saja. 

Seiring waktu, acara Asia Bagus meraih rating yang sangat baik di negara-negara yang berpartisipasi dalam acara tersebut, sehingga Fuji TV akhirnya menambah negara Asia lain untuk bergabung dalam acara tersebut. Dan pada tahun 1992, negara Taiwan, Korea Selatan, dan Thailand ikut serta bergabung.

Acara ini awalnya dipandu 2 orang Pembawa Acara : Tomoko Kadowaki (Jepang) dan Najip Ali (Malaysia). Nantinya, Tomoko digantikan oleh Winnie Kok (Singapura) dan Dewi Sandra (Indonesia).

Bahasa percakapan dalam acara ini adalah bahasa gado-gado, di mana terdapat perpaduan antara bahasa Inggris, Jepang, Indonesia, dan Melayu. Tujuan penggunaan bahasa campur-aduk ini tidak lain untuk menunjukkan keragaman budaya di wilayah Asia.

Di Indonesia, acara ini awalnya ditayangkan di TVRI (1991 - 1996) dan kemudian berpindah ke RCTI (sejak 1996 - 2000).
Kris Dayanti di ajang ASIA BAGUS
Asia Bagus merupakan salah satu acara favorit pemirsa Indonesia. Bahkan beberapa penyanyi papan atas Indonesia merupakan jebolan acara tersebut. Beberapa di antaranya : Kris Dayanti, Dewi, Gita, Rio Febrian, Denada, dan Ika Deli.

Catatan istimewa tentang Kris Dayanti, beliau merupakan penyanyi pertama yang memenangi Asia Bagus. Selain itu, Kris Dayanti kembali meraih penghargaan Best of Asia Bagus (1997) ketika berkompetisi dengan semua pemenang Asia Bagus di Tokyo, Jepang.

Selain penyanyi tersebut, Asia Bagus juga menelurkan grup-vokal AB Three : Widi, Nola, dan Lusy. Ketiganya merupakan jebolan Asia Bagus dan grup-vokal ini didirikan tanggal 13 Agustus 1993, setelah mereka mengikuti ajang tersebut.

Uniknya, meski sudah terbentuk sejak tahun 1993, namun AB Three baru merilis album pertama mereka tahun 1995 (Cintailah Aku). Hal ini disebabkan mereka disibukkan dengan kegiatan kompetisi internasional pasca pembentukan grup tersebut. Setelah berbagai penghargaan internasional mereka raih, barulah mereka fokus membuat album. Kini grup-vokal ini masih eksis dan telah berganti nama menjadi Be3 (Bi Tri).

Tuesday 26 June 2018

Game & Watch (Gem-Bot)


Bagi Anda sekalian yang melewati masa kecilnya di masa 1980an, tentu kenal dengan mainan ini. Ya, Game and Watch (atau biasa disebut Game-Watch atau beberapa daerah menyebutnya : Gembot) merupakan mainan elektronik yang banyak dimainkan anak-anak di masa itu. Permainan menggunakan layar LCD ini terbilang cukup canggih dan menarik karena menggabungkan permainan dengan jam serta alarm. Mainan inilah yang kelak menjadi cikal-bakal dari produk-produk mainan elektronik Gameboy.

Selain merupakan mainan canggih di masa itu, bentuk mainan ini sangat kompak dan kecil, sehingga mudah diselundupkan di dalam tas dan dimainkan saat jam istirahat (hayooo.... ngaku... siapa yang pernah bawa Game-Watch ke sekolah? Heheheh...).

Jika melihat sejarahnya, ide pembuatan Game-Watch muncul pada tahun 1979 saat Gunpei Yokoi - karyawan Nintendo, Jepang - memainkan kalkulator dalam sebuah perjalanan bisnis yang sangat jauh dan melelahkan. Dari sana, muncullah ide Yokoi untuk membuat permainan elektronik mini yang bisa dimainkan dalam perjalanan jarak jauh yang lama.

Permainan elektronik yang diciptakannya merupakan permainan memencet tombol di mana alatnya sendiri berbentuk kalkulator dan berukuran kecil, dengan menggunakan batere pipih LR4X/SR4X. Rupanya permainan sederhana kreasinya laris-manis, sehingga Yokoi mengkreasikan produknya dengan variasi permainan yang lebih banyak.

Dalam waktu singkat permainan yang kemudian disebut Game and Watch (ゲーム&ウオッチ  ; Gemu and Uotchi) - yang diproduksi dan dirilis Nintendo - tersebut terkenal di seluruh dunia.

Sejak pertama kali dirilis tahun 1980 - 1991, Game and Watch telah merilis lebih dari 60 permainan. Hampir semuanya menjadi produk laris di dunia. Beberapa di antaranya merupakan permainan legendaris dan dikenal di dunia, seperti Balloon Fight, Donkey Kong, The Legend of Zelda, Mario Bros, Octopus, Popeye, Parachute, Mickey and Donald, Western Bar, dan lain-lain.

Game & Watch Model Silver
Model pertama Game and Watch disebut Model Silver, di mana bentuknya cukup "compact". Dan game pertama yang dirilis menggunakan model Silver adalah Ball.

Selanjutnya Game & Watch berkembang menjadi Wide-Screen di mana layarnya lebih lebar. Adalah Parachute yang menjadi Game & Watch pertama yang dirilis menggunakan model Wide-Screen (rilis : 19 Juni 1981).
Game & Watch Wide Screen

Teknologi Game & Watch kemudian berkembang pada tahun 1982 di mana muncul tampilan Multi-Screen (dua layar terpisah untuk 1 permainan). Model ini sangat terkenal dan disukai banyak orang karena tingkat kesulitan permainannya lebih sukar. Game and Watch pertama yang menggunakan Multi-Screen adalah Oil Panic (rilis : 28 Mei 1982).



Pada tahun 1983, Game and Watch dirilis dalam bentuk Table Top, di mana permainan ini menyerupai bentuk permainan Table Game, tapi dalam versi mininya. Jenis Game and Watch ini cukup populer di Amerika Serikat, namun tidak terlalu populer di kawasan Asia, mengingat bentuknya yang terlalu besar dan menyulitkan pemain untuk memegang mainan ini. Meski demikian, banyak orang menyukai mainan ini karena gambar yang ditampilkan sudah lebih hidup dan berwarna.

Ada pun jenis ini hanya dirilis untuk 4 jenis mainan Game and Watch saja. Yang pertama - Mario Bros - dirilis tanggal 4 Maret 1983. Yang kedua adalah Donkey Kong Jr yang dirilis tanggal 28 April 1983, yang ketiga adalah Mario's Cement Factory yang juga dirilis tanggal 28 April 1983, dan yang terakhir adalah Snoopy (rilis : 5 Juli 1983).

Pada tanggal 30 Agustus 1983, muncul model Game & Watch baru yaitu berbentuk Panorama yang menampilkan permainan dengan model layar terlipat sehingga terkesan seperti 3 Dimensi. Permainan ini cukup menarik karena bentuknya yang unik serta gambarnya yang jauh lebih hidup dan berwarna. Sayang, karena harganya yang mahal, penjualan produk ini tidak sepopuler produk sebelumnya.

Seri Game and Watch terakhir adalah Mario the Juggler yang dirilis tanggal 14 Oktober 1991. Permainan ini merupakan seri terakhir yang dirilis dan menjadi penutup dari kejayaan Game & Watch. Selanjutnya, permainan ini mulai kalah bersaing dengan game lain yang telah menggunakan LCD dan kualitas gambar yang lebih baik.

Game & Watch pernah dicoba untuk dihidupkan lagi oleh Nintendo di tahun 1995 dan 2002. Bahkan Nintendo sendiri pernah merilis ulang Game &Watch dalam versi yang lebih modern. Sayangnya, penjualannya kurang bergitu baik, sehingga Game & Watch akhirnya tenggelam kembali.

Meski masa kejayaannya sudah usai, tapi Game & Watch akan tetap dikenang anak-anak 1980an sebagai permainan elektronik paling keren di masanya.



Mengenang - Harry Moekti (2018)


Indonesia kembali berduka setelah Harry Moekti - seorang mantan rocker legendaris Indonesia - meninggal dunia tanggal 24 Juni 2018 pukul 20.49 WIB di Rumah Sakit Dustira, Cimahi, Jawa Barat. Pria kelahiran Cimahi, 25 Maret 1957 tersebut - yang kini dikenal sebagai Dai - meninggal karena stroke.

Mengenang masa mudanya, Kang Harry dikenal publik sebagai Rocker era 1980an yang energik dengan suaranya yang khas. Tidak melengking layaknya penyanyi rock pada umumnya, namun tegas, keras, dan garang.

Terlahir dengan nama lengkap Hariadi Wibowo, dia biasanya dipanggil Harry. Namun lantaran banyak teman-temannya yang juga bernama "Harry" sehingga orang sering menanyakan Harry yang mana. Untuk memudahkan orang mengenal dirinya, Harry kemudian mengatakan pada orang kalau dia adalah Harry yang kakaknya Moekti (adik Harry bernama Moekti Chandra), yang kemudian disingkatnya menjadi "Harry Moekti". Dan jadilah nama itu menjadi nama panggungnya hingga hari ini.

Terlahir sebagai anak tentara, Harry menyelesaikan studinya hingga SMA, kemudian pindah bersama orang tuanya ke Semarang. Di sana, dia sempat bekerja sebagai "Room Boy" di Hotel Patra Jasa Semarang semala setahun. Di Semarang pula, karir bermusik Harry dimulai. Dia dan beberapa kawannya membentuk grup band Darodox (dari bahasa Jawa "ngedebeg" yang berarti "Gemetar").

Pada tahun 1980, Harry pindah ke Bandung dan bergabung dengan beberapa grup band, seperti Orbit Band, Primas Band, dan New Bloody Band.

Kemudian tahun 1985, Harry hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Band Makara. Band ini sempat akan rekaman, tetapi batal karena band tersebut keburu bubar.

Di tahun yang sama, Harry mendapat tawaran untuk menjadi vokalis Krakatau Band, sebuah grup musik jazz yang kelak menjadi grup musik jazz legendaris di Indonesia. Kala itu Krakatau Band baru terbentuk dan Harry Moekti diminta mengisi kekosongan posisi vokalis. Sayang, keterlibatan Harry Moekti di band tersebut tidak lama, dan dia pun hengkang dari band itu. Posisi Harry Moekti kemudian digantikan oleh Trie Utami, yang terus menjadi vokalis Krakatau Band hingga hari ini.

Pada tahun 1987, Harry Moekti mendapat kesempatan untuk merekam album solonya. Lagu pertama yang meledak di pasaran adalah Lintas Melawai. Lagu ini menjadi lagu hit di masa itu. Berbeda dengan gaya Harry di kemudian hari, lagu ini bergenre pop-dance. Meski demikian, ciri khas Harry sebagai Rocker sudah dia tunjukkan di lagu itu, di mana dia menyanyikan lagu itu dengan gaya suaranya yang keras dan garang.

Pasca kesuksesan lagu Lintas Melawai, kesuksesan Harry terus-menerus mendatanginya. Sepanjang karirnya, Harry Moekti berhasil menelurkan 7 album yang menghasilkan beberapa hits, di antaranya Aku Suka Kamu Suka dan Ada Kamu. Selain itu, dia sempat pula berkolaborasi dengan grup band Adegan yang menghasilkan hits "Satu Kata".

Pada tahun 1993, Harry memutuskan untuk mendalami ilmu agama. Dan setelah menjalani Ibadah Haji pada tahun 1995, Harry resmi memutuskan untuk mundur dari dunia musik dan hijrah ke dunia dakwah. Hingga akhir hayatnya, Harry Moekti dikenal publik sebagai Pendakwah. Meski Kang Harry sudah tutup usia, namun buah prestasinya akan dikenal selamanya oleh masyarakat Indonesia.

Selamat Jalan, Kang Harry Moekti .....