Di tahun 1980-an, pernah ada sebuah sinetron yang terbilang sangat legendaris bahkan hingga hari ini merupakan sinetron terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Sinetron tersebut berjudul Losmen. Ditayangkan di TVRI pada tahun 1986, sinetron ini merupakan hasil kolaborasi Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing dalam menulis naskah sekaligus menyutradarai.
Para aktor dan aktris pendukung sinetron ini bukan asal. Mereka semua adalah para seniman senior dan para pemain teater muda yang sangat handal di masanya : Mieke Widjaja, Mang Udel (Drs. R. Panji Poernomo Tedjokusumo), Sutopo HS, Mathias Muchus, Ida Leman, Eeng Saptahadi, dan Dewi Yull. Selain Mieke Widjaja dan Mang Udel yang sudah terkenal terlebih dahulu, para pemain lain merupakan pendatang baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Namun berkat kesuksesan sinetron tersebut, mereka menjadi artis populer Indonesia, meski sebagian dari mereka kini sudah tidak aktif di dunia perfilman.
Sinetron Losmen mengisahkan tentang Bu Broto (Mieke Widjaja), istri dari Pak Broto (Mang Udel) - seorang pegawai negeri - yang barusan menjalankan usaha membuka losmen di Yogyakarta, setelah suaminya pensiun dari pekerjaan. Dalam menjalankan usahanya, Bu Broto dibantu 3 anaknya : Tarjo (Mathias Muchus), Pur (Ida Leman), dan Sri (Dewi Yull). Mereka dibantu oleh satu orang pegawai, Pak Atmo (Sutopo) yang bekerja membersihkan losmen sekaligus membantu membawakan bawaan para tamu.
Awalnya, bisnis losmen ini tidak mudah karena mereka harus bersaing dengan usaha losmen lain yang sudah lebih dulu muncul. Namun dengan usaha pantang menyerah, akhirnya losmen Keluarga Broto pun mulai dikenal banyak orang dan banyak wisatawan yang tinggal di sana.
Dua hal yang menjadi daya tarik Losmen Srikandi - nama losmen yang dikelola Keluarga Pak Broto - adalah keramah-tamahan pengelolanya serta kebersihan losmennya, yang banyak dipuji para wisatawan "beda dengan yang lain". Selain itu, kepiawaian Pak Broto memainkan ukulele dan bernyanyi lagu keroncong juga menjadi daya tarik tersendiri dalam setiap episode sinetron ini.
Selain perjuangan mengelola bisnis mereka, Bu Broto juga harus berhadapan dengan masalah yang dihadapi oleh anak-anaknya : Tarjo yang bingung dengan masa depan pasca lulus sarjana. Pur (biasa dipanggil Mbak Pur) yang belum juga punya pasangan hidup, padahal dia merupakan anak sulung dalam keluarga. Serta Jeng Sri yang bermasalah dengan kehidupan keluarganya dan pada akhirnya bercerai dari suaminya, Mas Jarot (Eeng Saptahadi).
Setiap episode menampilkan cerita yang sangat memikat dan membumi. Sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia di masa itu. Apalagi nuansa Jawa yang sangat kental dalam sinetron itu (musik gamelan, penggunaan bahasa Jawa, serta pakaian dan setting losmen khas Jawa), membuat suasana terasa nyaman dan tenang.
Selain itu, yang paling menarik adalah akting dari semua pemeran di serial tersebut. Semuanya bermain sangat apik, di mana setiap intonasi, artikulasi, serta mimik wajah sangat alami dan lugas, sehingga sinetron Losmen terlihat sebagai tontonan yang sangat berkelas. Sayang, sinetron yang menampilkan akting kelas internasional seperti Losmen sudah tidak lagi bisa temukan di sinetron-sinetron yang tayang hari ini. Para artis masa kini bisanya cuma jago berakting marah-marah dan menangis sedih. Tidak ada yang bisa akting saat mengajukan bertanya serius / cerdas, berpikir keras, bahkan berakting santai.
Sayang, sinetron Losmen tidak berumur panjang dan harus berakhir tayang di tahun 1989. Sempat dibuat versi layar lebarnya berjudul Penginapan Bu Broto (1990). Sayang, meski diperani oleh para pemeran yang sama dengan versi sinetron, versi layar lebarnya kurang menggigit dan keluar dari pakem yang biasa ditampilkan di layar televisi. Akibatnya film layar lebar tersebut kurang mendapat sambutan hangat dari penonton.