Sunday, 25 November 2018

Acara Televisi Favorit - SELEKTA POP


Pada tahun 1983 - 1991, TVRI pernah merilis sebuah acara musik dengan format yang sangat dinamis. Acara tersebut adalah Selekta Pop yang ditayangkan setiap Sabtu malam minggu pertama setiap bulan, pukul 21.30 - 22.30.

Acara ini terbilang cukup sukses dan mendapat respon yang sangat positif dari para penonton. Bukan saja lantaran masih dimonopoli (ga ada pilihan tontonan.....), namun juga karena format acaranya yang terbilang sangat dinamis dan "tidak lazim" di masa itu.

Jika kebanyakan acara musik yang ditampilkan cenderung monoton - para penyanyi menyanyi di panggung diiringi band musik atau sendirian - maka Selekta Pop merupakan kumpulan video klip yang dibuat dengan tampilan yang menarik dan segar. Lagu yang dibawakan pun sangat beragam, namun kebanyakan adalah lagu pop (sesekali ada juga musik jazz dan rock).

Kesuksesan acara ini tidak lepas dari tangan dingin Produser sekaligus penggarap acara tersebut : Daniel Jacob Nawi atau biasa dikenal dengan nama DJ Nawi.


Selekta Pop di awal pemunculannya (1983) - masih di dalam studio
Sebelum ditangani DJ Nawi, acara Selekta Pop sebenarnya sudah digarap oleh beberapa orang, diantaranya : Dharma Bawie, Hoediono, Syam NM, dan Totto KH. Selekta Pop sendiri sudah mulai mengudara sejak tahun 1983. Sayang, acara tersebut kurang mendapat respon yang positif dari pemirsa karena mengusung format yang sama seperti acara-acara sebelumnya (acara musik di dalam studio dan panggung).

Pada tahun 1984, DJ Nawi mendapat kesempatan untuk menggarap acara tersebut. Bersama tim kreatif yang dibentuknya, mereka membuat format acara Selekta Pop yang sangat berbeda. Diadaptasi dari konsep MTV yang waktu itu barusan "booming" di Amerika Serikat, DJ Nawi membuat tayangan Selekta Pop layaknya kumpulan Video Klip. Setiap lagu dibuat video klip khusus yang pengambilan gambarnya dilakukan di luar ruangan, bukan di atas panggung atau studio TVRI.

Pengambilan gambar pun dibuat dengan sangat artistik, dengan bantuan efek kamera khusus yang terbilang masih sangat baru di masa itu (termasuk penggunaan animasi dan perubahan gambar yang sangat dinamis). Alhasil tampilan acara ini begitu "wah" dan disukai banyak pemirsa.

Para produser lagu pun banyak tertarik dengan format acara seperti itu, sehingga berbondong-bondong mendaftarkan lagu-lagu artis mereka untuk bisa dipromosikan di acara tersebut. Karena keterbatasan durasi, maka rata-rata 1 kali acara, Selekta Pop hanya bisa menayangkan 12 - 14 lagu saja.

Selekta Pop sera DJ Nawi - lebih dinamis dan di luar studio
Karena proses pengambilan gambarnya yang terbilang cukup rumit, maka waktu penayangan acara pun hanya bisa dilakukan 1 bulan sekali, di mana slot acaranya adalah setiap Sabtu Malam di minggu pertama setiap bulannya.

Meski tampak lama, waktu itu sebenarnya sangat singkat bagi kru DJ Nawi, terlebih untuk membuat video klip untuk 12 - 14 lagu yang terbilang tidak mudah. Meski demikian, berkat kerja kerasnya, Selekta Pop selalu berhasil tayang tepat waktu dan menampilkan video klip yang menarik perhatian.

Pada tahun 1989, stasiun televisi swasta RCTI mengudara dan menayangkan banyak acara unggulan. Di antara sekian banyak acara yang ditayangkannya, RCTI banyak merilis acara-acara musik khusus untuk anak muda di masa itu. Selain video klip lokal, mereka pun menampilkan juga video klip luar negeri. Ditambah lagi acara-acara musik khas remaja (Asia Bagus) yang berhasil menarik minat para penonton.

Acara-acara RCTI tersebut rupanya berimbas pada Selekta Pop. Perlahan tapi pasti, penonton Selekta Pop beralih pada acara-acara musik di RCTI. Para produser pun perlahan-lahan mengalihkan perhatian mereka pada RCTI yang memiliki acara musik jauh lebih banyak dan rutin dibandingkan Selekta Pop yang tayang sebulan sekali.

Di tahun 1991, peminat Selekta Pop pun berkurang sangat drastis. Bahkan rata-rata 1 bulan, produser Selekta Pop hanya menerima kurang dari 6 permintaan pembuatan video klip, yang berarti jauh dari harapan. Melihat peminat yang terus menurun, akhirnya acara Selekta Pop pun dihentikan.

Meski kini Selekta Pop sudah tidak ada lagi karena kalah telak dengan acara musik yang banyak bertebaran di televisi swasta, namun para penonton era 1980an tentu tidak akan pernah lupa kalau Selekta Pop pernah menjadi pionir acara musik berformat video klip yang sangat menghibur. 




Wednesday, 8 August 2018

Film Legendaris - Sundel Bolong (1981)


Nama aktris (almarhum) Suzanna dikenal publik sebagai Ratu Film Horor Indonesia. Selain karena banyaknya film horor yang diperaninya sukses besar, Suzanna memiliki tatapan tajam yang cukup ditakuti banyak orang. Belum lagi kisah hidupnya yang sering dikaitkan dengan dunia klenik, membuat Suzanna semakin identik dengan film horor.

Padahal wanita yang bernama asli Suzanna Martha Frederica van Osch yang lahir di Bogor tanggal 13 Oktober 1942 (meninggal di Magelang 15 Oktober 2008) ini mengawali karir keartisannya justru sebagai aktris film drama. Film pertama yang diperaninya berjudul Darah dan Doa (1950) karya sutradara Usmar Ismail. Selanjutnya karirnya terus melejit dengan banyak bermain di film-film drama seperti Asmara Dara (1958), Bertamasja (1959), Mira (1963), Segenggam Tanah Perbatasan (1965), Suzie (1966), dan lain-lain.

Film horor pertama yang diperaninya adalah Beranak dalam Kubur (1971). Film yang disutradarai Awaludin - yang juga diperani Mieke Widjaja dan Dicky Suprapto (yang kelak menjadi suami Suzanna), dan Ami Prijono - menjadi film horor master-piece yang sangat sukses di masa itu. Pasca kesuksesan film ini, Suzanna tidak langsung menetapkan pilihan untuk bermain di film bergenre horor. Dia masih tetap main di film-film drama hingga tahun 1981.

Pada tahun 1981, merupakan titik awal karirnya sebagai Ratu Film Horor Indonesia. Di tahun ini dia memerani film Sundel Bolong, sebuah film horor karya Sutradara Sisworo Gautama Putra. Film ini merupakan adaptasi dari mitos / cerita rakyat asal Malaysia yang kemudian menjadi sangat populer di masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.

Dalam film tersebut - yang juga diperani Barry Prima, Rudi Salam, dan Ruth Pelupessy - Suzanna berperan sebagai Alisa, seorang mantan PSK yang memilih untuk hidup menjadi wanita baik-baik setelah menemukan pria pujaan hatinya, Hendarto (Barry Prima). Alisa kemudian bekerja di sebuah butik milik Rudi (Rudi Salam). Rudi terpikat kecantikan Alisa dan berusaha menggodanya. Tetapi Alisa menolak dengan halus. Penolakan Alisa ini menimbulkan amarah Rudi.

Karena itu, Rudi kemudian menculik Alisa lalu memaksanya berhubungan intim. Akibat dari hal itu, Alisa hamil. Karena merasa malu dengan suaminya, Alisa kemudian bunuh diri.

Pasca kematiannya, Alisa berubah menjadi sosok arwah gentayangan dengan punggung bolong yang dikenal orang dengan sebutan Sundel Bolong. Satu-persatu orang yang pernah melukai hatinya - termasuk orang-orang yang menculik dan memerkosanya - tewas dengan cara mengenaskan.

Film ini menjadi film legendaris yang banyak disukai banyak orang. Tidak hanya itu, legenda Sundel Bolong yang awalnya hanya cerita mitos justru dipercayai sebagai kisah nyata pasca peredaran film tersebut.

Pasca kesuksesan film Sundel Bolong inilah, Suzanna kemudian sering bekerja sama dengan Sutradara Sisworo Gautama Putra menggarap film-film horor, seperti Nyi Blorong (1982), Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983), Perkawinan Nyi Blorong (1984), Bangunnya Nyi Roro Kidul (1984), Malam Jumat Kliwon (1986), Petualangan Nyi Blorong (1986), Malam Satu Suro (1987), dan Santet II : Wanita Harimau (1989).

Selain itu, Suzanna juga banyak bekerja sama dengan sutradara lain dalam membuat film horor, seperti : Santet (1988), Ratu Buaya Putih (1988), Titisan Dewi Ular (1989), dan Perjanjian Di Malam Keramat (1991). 

Tidak heran dengan intensitas bermain di film horor yang cukup tinggi selama dekade 1980-an, Suzanna kemudian meraih predikat Ratu Film Horor Indonesia.

Pasca mundurnya Suzanna dari dunia perfilman, banyak orang yang kemudian membuat ulang film bertemakan Sundel Bolong : Legenda Sundel Bolong (2007) yang disutradarai Hanung Bramantyo, dengan pemeran Uli Auliani dan Jian Batari. Selain itu jug ada Kafan Sundel Bolong (2012) yang disutradarai Yoyok Subagyo, dengan pemeran Azis Gagap dan Arumy Bachim. Sayangnya, kedua film itu belum mampu mengalahkan imej Suzanna dalam memerani Sundel Bolong.

Sunday, 29 July 2018

Sinetron Jadul - LOSMEN (1986 - 1989)



Di tahun 1980-an, pernah ada sebuah sinetron yang terbilang sangat legendaris bahkan hingga hari ini merupakan sinetron terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Sinetron tersebut berjudul Losmen. Ditayangkan di TVRI pada tahun 1986, sinetron ini merupakan hasil kolaborasi Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing dalam menulis naskah sekaligus menyutradarai.

Para aktor dan aktris pendukung sinetron ini bukan asal. Mereka semua adalah para seniman senior dan para pemain teater muda yang sangat handal di masanya : Mieke Widjaja, Mang Udel  (Drs. R. Panji Poernomo Tedjokusumo), Sutopo HS, Mathias Muchus, Ida Leman, Eeng Saptahadi, dan Dewi Yull. Selain Mieke Widjaja dan Mang Udel yang sudah terkenal terlebih dahulu, para pemain lain merupakan pendatang baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Namun berkat kesuksesan sinetron tersebut, mereka menjadi artis populer Indonesia, meski sebagian dari mereka kini sudah tidak aktif di dunia perfilman.

Sinetron Losmen mengisahkan tentang Bu Broto (Mieke Widjaja), istri dari Pak Broto (Mang Udel) - seorang pegawai negeri - yang barusan menjalankan usaha membuka losmen di Yogyakarta, setelah suaminya pensiun dari pekerjaan. Dalam menjalankan usahanya, Bu Broto dibantu 3 anaknya : Tarjo (Mathias Muchus), Pur (Ida Leman), dan Sri (Dewi Yull). Mereka dibantu oleh satu orang pegawai, Pak Atmo (Sutopo) yang bekerja membersihkan losmen sekaligus membantu membawakan bawaan para tamu.

Awalnya, bisnis losmen ini tidak mudah karena mereka harus bersaing dengan usaha losmen lain yang sudah lebih dulu muncul. Namun dengan usaha pantang menyerah, akhirnya losmen Keluarga Broto pun mulai dikenal banyak orang dan banyak wisatawan yang tinggal di sana.

Dua hal yang menjadi daya tarik Losmen Srikandi - nama losmen yang dikelola Keluarga Pak Broto - adalah keramah-tamahan pengelolanya serta kebersihan losmennya, yang banyak dipuji para wisatawan "beda dengan yang lain". Selain itu, kepiawaian Pak Broto memainkan ukulele dan bernyanyi lagu keroncong juga menjadi daya tarik tersendiri dalam setiap episode sinetron ini.

Selain perjuangan mengelola bisnis mereka, Bu Broto juga harus berhadapan dengan masalah yang dihadapi oleh anak-anaknya : Tarjo yang bingung dengan masa depan pasca lulus sarjana. Pur (biasa dipanggil Mbak Pur) yang belum juga punya pasangan hidup, padahal dia merupakan anak sulung dalam keluarga. Serta Jeng Sri yang bermasalah dengan kehidupan keluarganya dan pada akhirnya bercerai dari suaminya, Mas Jarot (Eeng Saptahadi).

Setiap episode menampilkan cerita yang sangat memikat dan membumi. Sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia di masa itu. Apalagi nuansa Jawa yang sangat kental dalam sinetron itu (musik gamelan, penggunaan bahasa Jawa, serta pakaian dan setting losmen khas Jawa), membuat suasana terasa nyaman dan tenang.

Selain itu, yang paling menarik adalah akting dari semua pemeran di serial tersebut. Semuanya bermain sangat apik, di mana setiap intonasi, artikulasi, serta mimik wajah sangat alami dan lugas, sehingga sinetron Losmen terlihat sebagai tontonan yang sangat berkelas. Sayang, sinetron yang menampilkan akting kelas internasional seperti Losmen sudah tidak lagi bisa temukan di sinetron-sinetron yang tayang hari ini. Para artis masa kini bisanya cuma jago berakting marah-marah dan menangis sedih. Tidak ada yang bisa akting saat mengajukan bertanya serius / cerdas, berpikir keras, bahkan berakting santai.

Sayang, sinetron Losmen tidak berumur panjang dan harus berakhir tayang di tahun 1989. Sempat dibuat versi layar lebarnya berjudul Penginapan Bu Broto (1990). Sayang, meski diperani oleh para pemeran yang sama dengan versi sinetron, versi layar lebarnya kurang menggigit dan keluar dari pakem yang biasa ditampilkan di layar televisi. Akibatnya film layar lebar tersebut kurang mendapat sambutan hangat dari penonton.

Thursday, 12 July 2018

Teknologi Masa Lalu - BETAMAX


Hiburan sandiwara radio, acara televisi, dan film bioskop menjadi primadona di era 1960an. Tetapi memasuki era 1970an - terutama tahun 1975 - hiburan tersebut mendapat saingan berupa "home-entertainment" (hiburan di rumah), yang menjadi alternatif hiburan murah-meriah yang dapat dinikmati oleh keluarga dan orang banyak. Hiburan itu tidak lain adalah Video.

Video pertama kali muncul dan diperkenalkan dunia pada tanggal 10 Mei 1975 oleh perusahaan Sony dari Jepang.  Dan produk hiburan rumah pertama yang diperkenalkan oleh perusahaan itu - selain televisi - adalah nama Kaset Betamax (atau cukup disingkat dengan nama "Betamax" saja).


Kaset Betamax adalah pita magnetik yang dapat menyimpan gambar dan suara untuk durasi tertentu. Kaset ini hanya dapat diputar dengan alat pemutar khusus yang disebut Video Player atau Video Tape. Di Indonesia, produk ini dikenal dengan nama "Kaset Video" atau "Video Kaset".

Nama Betamax sendiri berasal dari 2 kata : Beta dan Max. Beta adalah Abjad Yunani yang bentuk tulisannya mirip dengan gulungan pita kaset. Sedangkan Max merupakan singkatan dari "Maximum" (Luar Biasa). 

Kaset Betamax berbentuk persegi panjang dengan lebar 12.7 sentimeter, dan merupakan pengembangan dari produk perekam gambar dan suara bernama U-Matic. Bedanya U-Matic berukuran lebih besar dari pada kaset Betamax (19 - 20 sentimeter).
Kaset Video Betamax

Karena perekaman suara dan gambar menggunakan pita, maka ada keterbatasan dalam penyimpanan data tersebut. Karena itu, dibuatlah standar panjang pita dan durasi putar kaset video. Adapun Standar kaset tersebut terbagi menjadi beberapa jenis :
L-125 (panjang pita 38 meter) ==> Durasi 30 - 45 menit
L-165 (panjang pita 51 meter) ==> Durasi 40 - 60 menit
L-250 (panjang pita 76 meter) ==> Durasi 60 - 90 menit
L-370 (panjang pita 114 meter) ==> Durasi 90 - 135 menit
L-500 (panjang pita 152 meter) ==> Durasi 120 - 180 menit
L-750 (panjang pita 229 meter) ==> Durasi 180 - 270 menit
L-830 (panjang pita 254 meter) ==> Durasi 200 - 300 menit

Betamax Video Player
Selain konsol pemutar kaset video, Sony juga  meluncurkan produk kamera perekam yang dikenal dengan nama Betacam. Produk ini dirilis tahun 1982 dan menjadi salah satu produk fenomenal yang digandrungi banyak orang. Berkat kamera ini, banyak orang yang kemudian menggemari hobi membuat film amatir.

Kaset VHS
Bulan Oktober 1976, JVC - pesaing Sony di dunia teknologi - merilis kaset video VHS (Video Home System). Mirip dengan Betamax, VHS merupakan produk perekam suara dan gambar menggunakan pita magnetik. Berbeda dengan Betamax yang awalnya diproduksi untuk pasar Jepang, VHS justru diproduksi untuk pasar Amerika Serikat. Produk ini merupakan mengembangan dari VTR (Video Tape Recorder) yang dirilis tahun 1950 dan menjadi alat perekam untuk keperluan stasiun televisi merekam acara mereka. Untuk membaca rekaman di VHS, maka pengguna harus menggunakan alat pemutar yang disebut Video Cassette Recorder (VCR).


Perbandingan ukuran Betamax dan VHS
Masa keemasan dunia kaset video terjadi pada dekade 1970 - 1980 di mana Betamax dan VHS masing-masing merajai pasar dunia hiburan. Betamax sangat populer di kawasan Asia karena alat pemutarnya yang lebih murah (ketimbang VCR) dan produknya mudah ditemukan. Sedangkan VHS jauh lebih populer di Eropa dan Amerika Serikat karena kualitas gambarnya yang jauh lebih tajam dan baik dibandingkan Betamax, meski alat pemutarnya jauh lebih mahal ketimbang Betamax.

Di era itulah, hiburan berupa video banyak beredar luas di masyarakat, terutama Indonesia. Di awal pemunculannya, video mendapatkan "perlawanan" sengit dari pengusaha bioskop. Hal ini dikarenakan banyak film-film luar negeri yang dikopi dalam bentuk video, kemudian disewakan. Harga sewa video yang tergolong sangat murah dan dapat ditonton oleh banyak orang, sempat memukul industri bioskop di masa itu.

Belum ada orang yang berpikir untuk membeli dan mengoleksi video saat itu karena pertimbangan biaya sewa yang jauh lebih murah ketimbang membeli. Dan karena permintaan dan kebutuhan hiburan di rumah yang cukup tinggi di masa itu, maka ada beberapa orang yang menjadikannya sebagai peluang bisnis. Mereka biasanya membeli video dari luar negeri, kemudian menduplikasikannya dan menyewakan duplikat tersebut.

Antara tahun 1970 - 1980an, penyewaan video dicap "haram" karena tidak ada izinnya (serta payung hukumnya). Meski demikian, bisnis sewa-menyewa kaset video menjanjikan keuntungan yang sangat besar, sehingga banyak orang yang sembunyi-sembunyi menyewakan kaset video. Tetapi ada juga yang cukup berani membuka toko dan menyewakan video secara terbuka.

Pada tahun 1995, berdasarkan Keputusan Menteri Penerangan RI No. 221/KEP/MENPEN/1995, dibentuklah ASIREVI (Asosiasi Importir Rekaman Video). Keberadaan ASIREVI bertujuan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan impor rekaman video. Dengan demikian, video yang beredar dan disewakan dapat dikontrol dan lebih terkendali. Keberadaan bisnis video sewaan pun menjadi legal dan banyak orang yang bebas menyewa video tanpa takut-takut lagi.

Sebelum adanya ASIREVI, video yang beredar merupakan video bajakan yang direkam dari video asli dari luar negeri, sehingga video yang beredar adalah video tanpa teks Indonesia. Pasca ASIREVI, video luar negeri yang beredar sudah diberi teks Indonesia. Selain itu, konten di dalam video pun dapat lebih dikontrol sehingga hal-hal yang tidak cocok dengan norma-norma ketimuran Indonesia dapat ditangkal.

Meski perkembangan hiburan rumah kian marak dengan munculnya Laser Disc (LD) pada tahun 1978 yang menawarkan tampilan gambar yang jauh lebih bersih dan lebih baik, namun posisi video Betamax dan VHS masih tidak tergoyahkan di dunia. Bahkan dalam persaingan bisnis, LD tidak mampu menyaingi kekuatan kaset video sehingga LD akhirnya berhenti berproduksi di tahun 2001.

Pada tahun 1993, perusahaan elektronik Sony, Phillip, Matsushita, dan JVC secara serentak merilis Video Compact-Disc (VCD) sebagai alternatif hiburan. VCD merupakan piringan digital yang mampu menyimpan data gambar dan suara dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada kaset video. Durasi penyimpanan adalah 74 menit dengan format MPEG-1.

Karena bentuknya yang kecil dan dibuat masal, biaya produksi VCD menjadi lebih murah dan lebih terjangkau. Karena itu, dalam peredarannya, VCD tidak disewakan tetapi dijual masal dengan harga yang sangat kompetitif.

Kemunculan VCD praktis menghantam kaset video dan menciptakan tren baru bagi masyarakat dunia, terutama Indonesia. Para penikmat film tidak perlu lagi harus menyewa alat hiburan yang mereka butuhkan, tetapi mereka bisa membeli dan mengoleksi film yang mereka sukai. Dengan adanya tren baru ini, maka perlahan tapi pasti, Penimat Film mulai meninggalkan Kaset Video.

Meski demikian, video tidak mati secara otomatis. Negara seperti Eropa dan Amerika Selatan yang menjadi pasar yang cukup baik untuk kaset video. Meski demikian, dengan semakin meluasnya peredaran VCD, penikmat kaset video akhirnya pun beralih ke VCD.

Pada tahun 2015, kaset video praktis sudah ditinggalkan orang. Semua orang telah beralih ke DVD - yang merupakan pengembangan dari VCD - dan Blu-ray Disck (BD) karena kualitas suara dan gambarnya ratusan kali lebih baik ketimbang kaset video. Melihat kondisi ini, pada tanggal 10 November 2015, Sony akhirnya mengumumkan menghentikan produksi Kaset Video, dan praktis sejak saat itu, peredaran dan produksi kaset video dihentikan total di seluruh dunia.

Kini kaset video Betamax dan VHS telah menjadi sejarah bagi kita semua. Meski demikian, kaset video akan selalu dikenang sebagai tonggak sejarah dan awal terciptanya "Home-Entertainment" di dunia.

Sunday, 8 July 2018

Acara TV Legendaris - Asia Bagus



Pada tahun 1991, jauh sebelum masyarakat mengenal kompetisi menyanyi internasional seperti American Idol, The Voice, dan i-Sing, Jepang pernah membuat acara kompetisi menyanyi tingkat Asia yang dikenal dengan sebutan Asia Bagus.

Acara ini diproduseri oleh Fuji TV (Jepang), dengan mengajak stasiun televisi dari 3 negara Asia untuk berpartisipasi di acara tersebut : Singapura (TCS-5), Malaysia (TV3), dan Indonesia (TVRI). Konsep acara tersebut adalah mengundang para penyanyi dari negara-negara tersebut untuk mengadu kemampuan berolah vokal mereka.

Uniknya, meski acara ini diproduseri Fuji TV (Jepang), namun tidak memberikan keuntungan finansial kepada jaringan televisi tersebut, karena acara ini justru tidak tayang di Jepang. Meski demikian, uang bukan menjadi alasan Fuji TV memproduseri acara ini, namun lebih pada upaya menjalin keakraban antar negara Asia saja. 

Seiring waktu, acara Asia Bagus meraih rating yang sangat baik di negara-negara yang berpartisipasi dalam acara tersebut, sehingga Fuji TV akhirnya menambah negara Asia lain untuk bergabung dalam acara tersebut. Dan pada tahun 1992, negara Taiwan, Korea Selatan, dan Thailand ikut serta bergabung.

Acara ini awalnya dipandu 2 orang Pembawa Acara : Tomoko Kadowaki (Jepang) dan Najip Ali (Malaysia). Nantinya, Tomoko digantikan oleh Winnie Kok (Singapura) dan Dewi Sandra (Indonesia).

Bahasa percakapan dalam acara ini adalah bahasa gado-gado, di mana terdapat perpaduan antara bahasa Inggris, Jepang, Indonesia, dan Melayu. Tujuan penggunaan bahasa campur-aduk ini tidak lain untuk menunjukkan keragaman budaya di wilayah Asia.

Di Indonesia, acara ini awalnya ditayangkan di TVRI (1991 - 1996) dan kemudian berpindah ke RCTI (sejak 1996 - 2000).
Kris Dayanti di ajang ASIA BAGUS
Asia Bagus merupakan salah satu acara favorit pemirsa Indonesia. Bahkan beberapa penyanyi papan atas Indonesia merupakan jebolan acara tersebut. Beberapa di antaranya : Kris Dayanti, Dewi, Gita, Rio Febrian, Denada, dan Ika Deli.

Catatan istimewa tentang Kris Dayanti, beliau merupakan penyanyi pertama yang memenangi Asia Bagus. Selain itu, Kris Dayanti kembali meraih penghargaan Best of Asia Bagus (1997) ketika berkompetisi dengan semua pemenang Asia Bagus di Tokyo, Jepang.

Selain penyanyi tersebut, Asia Bagus juga menelurkan grup-vokal AB Three : Widi, Nola, dan Lusy. Ketiganya merupakan jebolan Asia Bagus dan grup-vokal ini didirikan tanggal 13 Agustus 1993, setelah mereka mengikuti ajang tersebut.

Uniknya, meski sudah terbentuk sejak tahun 1993, namun AB Three baru merilis album pertama mereka tahun 1995 (Cintailah Aku). Hal ini disebabkan mereka disibukkan dengan kegiatan kompetisi internasional pasca pembentukan grup tersebut. Setelah berbagai penghargaan internasional mereka raih, barulah mereka fokus membuat album. Kini grup-vokal ini masih eksis dan telah berganti nama menjadi Be3 (Bi Tri).

Tuesday, 26 June 2018

Game & Watch (Gem-Bot)


Bagi Anda sekalian yang melewati masa kecilnya di masa 1980an, tentu kenal dengan mainan ini. Ya, Game and Watch (atau biasa disebut Game-Watch atau beberapa daerah menyebutnya : Gembot) merupakan mainan elektronik yang banyak dimainkan anak-anak di masa itu. Permainan menggunakan layar LCD ini terbilang cukup canggih dan menarik karena menggabungkan permainan dengan jam serta alarm. Mainan inilah yang kelak menjadi cikal-bakal dari produk-produk mainan elektronik Gameboy.

Selain merupakan mainan canggih di masa itu, bentuk mainan ini sangat kompak dan kecil, sehingga mudah diselundupkan di dalam tas dan dimainkan saat jam istirahat (hayooo.... ngaku... siapa yang pernah bawa Game-Watch ke sekolah? Heheheh...).

Jika melihat sejarahnya, ide pembuatan Game-Watch muncul pada tahun 1979 saat Gunpei Yokoi - karyawan Nintendo, Jepang - memainkan kalkulator dalam sebuah perjalanan bisnis yang sangat jauh dan melelahkan. Dari sana, muncullah ide Yokoi untuk membuat permainan elektronik mini yang bisa dimainkan dalam perjalanan jarak jauh yang lama.

Permainan elektronik yang diciptakannya merupakan permainan memencet tombol di mana alatnya sendiri berbentuk kalkulator dan berukuran kecil, dengan menggunakan batere pipih LR4X/SR4X. Rupanya permainan sederhana kreasinya laris-manis, sehingga Yokoi mengkreasikan produknya dengan variasi permainan yang lebih banyak.

Dalam waktu singkat permainan yang kemudian disebut Game and Watch (ゲーム&ウオッチ  ; Gemu and Uotchi) - yang diproduksi dan dirilis Nintendo - tersebut terkenal di seluruh dunia.

Sejak pertama kali dirilis tahun 1980 - 1991, Game and Watch telah merilis lebih dari 60 permainan. Hampir semuanya menjadi produk laris di dunia. Beberapa di antaranya merupakan permainan legendaris dan dikenal di dunia, seperti Balloon Fight, Donkey Kong, The Legend of Zelda, Mario Bros, Octopus, Popeye, Parachute, Mickey and Donald, Western Bar, dan lain-lain.

Game & Watch Model Silver
Model pertama Game and Watch disebut Model Silver, di mana bentuknya cukup "compact". Dan game pertama yang dirilis menggunakan model Silver adalah Ball.

Selanjutnya Game & Watch berkembang menjadi Wide-Screen di mana layarnya lebih lebar. Adalah Parachute yang menjadi Game & Watch pertama yang dirilis menggunakan model Wide-Screen (rilis : 19 Juni 1981).
Game & Watch Wide Screen

Teknologi Game & Watch kemudian berkembang pada tahun 1982 di mana muncul tampilan Multi-Screen (dua layar terpisah untuk 1 permainan). Model ini sangat terkenal dan disukai banyak orang karena tingkat kesulitan permainannya lebih sukar. Game and Watch pertama yang menggunakan Multi-Screen adalah Oil Panic (rilis : 28 Mei 1982).



Pada tahun 1983, Game and Watch dirilis dalam bentuk Table Top, di mana permainan ini menyerupai bentuk permainan Table Game, tapi dalam versi mininya. Jenis Game and Watch ini cukup populer di Amerika Serikat, namun tidak terlalu populer di kawasan Asia, mengingat bentuknya yang terlalu besar dan menyulitkan pemain untuk memegang mainan ini. Meski demikian, banyak orang menyukai mainan ini karena gambar yang ditampilkan sudah lebih hidup dan berwarna.

Ada pun jenis ini hanya dirilis untuk 4 jenis mainan Game and Watch saja. Yang pertama - Mario Bros - dirilis tanggal 4 Maret 1983. Yang kedua adalah Donkey Kong Jr yang dirilis tanggal 28 April 1983, yang ketiga adalah Mario's Cement Factory yang juga dirilis tanggal 28 April 1983, dan yang terakhir adalah Snoopy (rilis : 5 Juli 1983).

Pada tanggal 30 Agustus 1983, muncul model Game & Watch baru yaitu berbentuk Panorama yang menampilkan permainan dengan model layar terlipat sehingga terkesan seperti 3 Dimensi. Permainan ini cukup menarik karena bentuknya yang unik serta gambarnya yang jauh lebih hidup dan berwarna. Sayang, karena harganya yang mahal, penjualan produk ini tidak sepopuler produk sebelumnya.

Seri Game and Watch terakhir adalah Mario the Juggler yang dirilis tanggal 14 Oktober 1991. Permainan ini merupakan seri terakhir yang dirilis dan menjadi penutup dari kejayaan Game & Watch. Selanjutnya, permainan ini mulai kalah bersaing dengan game lain yang telah menggunakan LCD dan kualitas gambar yang lebih baik.

Game & Watch pernah dicoba untuk dihidupkan lagi oleh Nintendo di tahun 1995 dan 2002. Bahkan Nintendo sendiri pernah merilis ulang Game &Watch dalam versi yang lebih modern. Sayangnya, penjualannya kurang bergitu baik, sehingga Game & Watch akhirnya tenggelam kembali.

Meski masa kejayaannya sudah usai, tapi Game & Watch akan tetap dikenang anak-anak 1980an sebagai permainan elektronik paling keren di masanya.



Mengenang - Harry Moekti (2018)


Indonesia kembali berduka setelah Harry Moekti - seorang mantan rocker legendaris Indonesia - meninggal dunia tanggal 24 Juni 2018 pukul 20.49 WIB di Rumah Sakit Dustira, Cimahi, Jawa Barat. Pria kelahiran Cimahi, 25 Maret 1957 tersebut - yang kini dikenal sebagai Dai - meninggal karena stroke.

Mengenang masa mudanya, Kang Harry dikenal publik sebagai Rocker era 1980an yang energik dengan suaranya yang khas. Tidak melengking layaknya penyanyi rock pada umumnya, namun tegas, keras, dan garang.

Terlahir dengan nama lengkap Hariadi Wibowo, dia biasanya dipanggil Harry. Namun lantaran banyak teman-temannya yang juga bernama "Harry" sehingga orang sering menanyakan Harry yang mana. Untuk memudahkan orang mengenal dirinya, Harry kemudian mengatakan pada orang kalau dia adalah Harry yang kakaknya Moekti (adik Harry bernama Moekti Chandra), yang kemudian disingkatnya menjadi "Harry Moekti". Dan jadilah nama itu menjadi nama panggungnya hingga hari ini.

Terlahir sebagai anak tentara, Harry menyelesaikan studinya hingga SMA, kemudian pindah bersama orang tuanya ke Semarang. Di sana, dia sempat bekerja sebagai "Room Boy" di Hotel Patra Jasa Semarang semala setahun. Di Semarang pula, karir bermusik Harry dimulai. Dia dan beberapa kawannya membentuk grup band Darodox (dari bahasa Jawa "ngedebeg" yang berarti "Gemetar").

Pada tahun 1980, Harry pindah ke Bandung dan bergabung dengan beberapa grup band, seperti Orbit Band, Primas Band, dan New Bloody Band.

Kemudian tahun 1985, Harry hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Band Makara. Band ini sempat akan rekaman, tetapi batal karena band tersebut keburu bubar.

Di tahun yang sama, Harry mendapat tawaran untuk menjadi vokalis Krakatau Band, sebuah grup musik jazz yang kelak menjadi grup musik jazz legendaris di Indonesia. Kala itu Krakatau Band baru terbentuk dan Harry Moekti diminta mengisi kekosongan posisi vokalis. Sayang, keterlibatan Harry Moekti di band tersebut tidak lama, dan dia pun hengkang dari band itu. Posisi Harry Moekti kemudian digantikan oleh Trie Utami, yang terus menjadi vokalis Krakatau Band hingga hari ini.

Pada tahun 1987, Harry Moekti mendapat kesempatan untuk merekam album solonya. Lagu pertama yang meledak di pasaran adalah Lintas Melawai. Lagu ini menjadi lagu hit di masa itu. Berbeda dengan gaya Harry di kemudian hari, lagu ini bergenre pop-dance. Meski demikian, ciri khas Harry sebagai Rocker sudah dia tunjukkan di lagu itu, di mana dia menyanyikan lagu itu dengan gaya suaranya yang keras dan garang.

Pasca kesuksesan lagu Lintas Melawai, kesuksesan Harry terus-menerus mendatanginya. Sepanjang karirnya, Harry Moekti berhasil menelurkan 7 album yang menghasilkan beberapa hits, di antaranya Aku Suka Kamu Suka dan Ada Kamu. Selain itu, dia sempat pula berkolaborasi dengan grup band Adegan yang menghasilkan hits "Satu Kata".

Pada tahun 1993, Harry memutuskan untuk mendalami ilmu agama. Dan setelah menjalani Ibadah Haji pada tahun 1995, Harry resmi memutuskan untuk mundur dari dunia musik dan hijrah ke dunia dakwah. Hingga akhir hayatnya, Harry Moekti dikenal publik sebagai Pendakwah. Meski Kang Harry sudah tutup usia, namun buah prestasinya akan dikenal selamanya oleh masyarakat Indonesia.

Selamat Jalan, Kang Harry Moekti .....



Sunday, 27 May 2018

Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)


Bagi Anda yang besar di era 1980an, tentu pernah mengikuti Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) yang biasa dilakukan setiap hari Jumat pagi.

Ya, aktivitas senam massal merupakan sebuah aktivitas rutin yang dulu selalu dilakukan bersama oleh para murid dan guru. Biasanya dilakukan di hari Jumat pagi di lapangan terbuka. Senam ini sebenarnya tidak saja dilakukan oleh para guru dan murid, tetapi juga para pekerja PNS di masa itu.

Jika melihat dari sejarahnya, SKJ merupakan pengembangan dari aktivitas Senam Pagi Indonesia (SPI) yang dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia di masa itu (Order Baru). Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah agar masyarakat menjadi gemar berolah raga dan memiliki tubuh yang sehat. SPI pertama kali diperkenalkan dan diberlakukan di sekolah pada tahun 1970. Ada 4 seri gerakan SPI yang diperkenalkan waktu itu : SPI Seri A, B, C, dan D.

Pada tahun 1984, SPI berubah menjadi SKJ. Berbeda dengan SPI, SKJ merupakan gerakan olah raga yang lebih "modern" dengan iringan musik dan gerakan yang lebih energik. SKJ Pertama disebut SKJ 1984 dengan musik yang diaransemen Nurtier Simanungkalit. Lagu dan gerakan SKJ ini terbilang cukup memorabel karena juga ditayangkan di televisi dan secara rutin disiarkan sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat. Secara keseluruhan, aktivitas senam SKJ berdurasi sekitar 5 menit.

Pada tahun 1988, SKJ mengalami perubahan gerakan dan musik pengiring. Selain tujuannya untuk memperbaharui gerakan senam, perilisan SKJ 1988 bertujuan agar masyarakat tidak bosan dengan musik yang itu-itu saja. Dalam SKJ 1988, musik yang digunakan adalah musik gubahan Januar Iskak dan berdurasi sekitar 5 menit.

Tahun 1992, SKJ kembali mengalami perubahan gerakan dan musik pengiring. Sama seperti SKJ sebelumnya, SKJ 1992 menggunakan musik gubahan Januar Iskak. Berbeda dengan SKJ sebelumnya, musik yang digunakan jauh lebih energik dan merupakan gabungan dari beberapa musik tradisional Indonesia (Yamko Rambe-Rambe, Jali-Jali, Tanduk Majeng, Cing Cangkeling, Rasa Sayange, dan Paris Berantai).

Selain itu, perbedaan yang sangat signifikan dari SKJ 1992 adalah pada durasi senam yang memakan waktu hingga lebih dari 12 menit. Ada pun gerakannya juga telah dibagi menjadi 3 bagian di mana masing-masing gerakan memiliki durasi yang sangat panjang : Gerakan Pemanasan, Inti, dan Penutup.

Tahun 1994, SKJ dirilis kembali dan dikenal dengan nama SKJ 1994. Sebenarnya baik gerakan maupun musik pengiringnya sama saja dengan SKJ 1992. Hanya bedanya pada musik latar SKJ 1994 ada instruksi hitungan gerakan. Hal ini mempermudah para pesenam untuk mengikuti gerakan dan tahu kapan harus berganti gerakan.

Pada tahun 1996, SKJ dirilis kembali. Kali ini musik yang digunakan merupakan aransemen dari FX Sutopo. Gerakannya sedikit lebih energik dengan lebih modern. Durasi yang digunakan hanya berkisar 10 menit, yang terbagi menjadi 3 Bagian : Pemanasan, Inti, dan Penutup.

Itulah sejarah SKJ yang sangat legendaris tersebut. Seiring dengan perubahan kepemimpinan negara, SKJ sudah tidak lagi diwajibkan oleh pemerintah. Meski demikian, ada beberapa sekolah yang masih mencoba untuk melestarikan gerakan SKJ, sehingga mereka masih melakukan senam masal SKJ. Tujuannya hanyalah untuk mendorong kegemaran berolah raga, agar tercipta tubuh yang sehat dan jiwa yang kuat.

Selamat berolahraga.....




Apa Kabarmu Sekarang - BOB TUTUPOLY


Wajah dan suaranya sangat tidak asing bagi Anda yang melewati masa muda di era 1960an hingga 1980an. Beliau adalah salah satu Artis Legenda Indonesia yang hingga hari ini masih aktif berkarir, meski usianya sudah tidak muda lagi.

Bob Tutupoly adalah penyanyi populer Indonesia yang sangat legendaris sekali. Lahir di Surabaya pada tanggal 13 November 1969, pria Ambon Manise bernama lengkap Bobby Willem Tutupoly ini telah menunjukkan kemampuan olah vokal sejak masih sangat muda sekali. Ketika itu, untuk membantu perekonomian keluarganya, Bob Muda telah bergabung dengan kelompok vokal Kwartet Jazz dan rutin mengisi acara di RRI - Surabaya. Melihat bakat menyanyinya, Direktur RRI - Surabaya waktu itu (Pak Didi Patirane) mengajaknya rekaman lagu-lagu daerah Maluku.

Suara Bob Tutupoly yang khas dan berat, membuatnya cepat mendapat perhatian dari musisi lain. Tawaran bergabung ke grup musik pun banyak didapatnya. Salah satuya adalah ajakan dari Chen Brothers (Bubi Chen, Nico, Jopie Chen, dan Frans) yang mengajaknya menjadi vokalis grup itu untuk mengisi acara dansa untuk kalangan atas di Surabaya kala itu.

Pada tahun 1963, Bob Tutupoly diajak bergabung dalam grup The Riders, menggantikan posisi vokalis yang waktu itu diisi Bill Saragih. Bill sendiri keluar dari grup itu untuk bekerja di Thailand. Bersama grup The Riders, Bob mendapat kesempatan tidak saja berpentas di hotel-hotel berbintang, tetapi juga tampil di TVRI.Sejak saat itulah, namanya mulai dikenal publik dan mendapat kesempatan lebih luas lagi untuk melakukan pertunjukan di luar negeri, seperti di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.

Kariernya pun makin cemerlang saat meraih penghargaan Penyanyi Kesayangan Siaran ABRI tahn 1966 - 1969.

Pada tahun 1969, Bob pindah ke Amerika Serikat setelah dijanjikan akan diajak bergabung dengan sebuah grup band. Namun saat tiba di sana, hidup Bob malah terlunta-lunta. Untungnya dia berkenalan dengan Haryono, Direktur Utama Pelita (anak perusahaan Pertamina), yang kemudian memberinya kesempatan mengurusi Restoran Ramayana milik Pertamina yang berada di New York. Bob memimpin restoran tersebut hingga tahun 1976, lalu memutuskan kembali ke Indonesia.

Di Indonesia, Bob berkesempatan merekam album. Albumnya berjudul "Widuri" meledak di pasaran dan membuatnya terkenal. Lagu berjudul Widuri karya Slamet Aryadi juga sukses dan menjadi lagu pop legendaris yang masih dinyanyikan banyak orang hingga hari ini.

Pada tahun 1980, Bob Tutupoly memenangi Festival Lagu Populer 1980 (Jakarta) dan Festival International di Budakan Hall, Jepang. Prestasi ini membuat nama Bob Tutupoly makin menanjak dan membuatnya menjadi artis papan atas Indonesia.

Di sela kesibukan menyanyinya, Bob Tutupoly juga mendapat kesempatan untuk menjadi Pembawa Acara di TVRI. Banyak acara televisi waktu itu yang dipercayakan padanya, dan acara tersebut sukses besar. Beberapa acara yang pernah dibawakan Bob Tutupoly antara lain : Pesona 13 dan Ragam Pesona. Kedua acara tersebut sempat dipandunya selama lebih dari 3 tahun, sebelum akhirnya Bob Tutupoly memutuskan untuk tidak berencana memperpanjang kontrak dengan TVRI.

Selain itu, Bob Tutupoly juga sempat bermain film. Ada tiga film yang pernah diperaninya : Gil Innamorati Della Becak / Kisah Cinta si Tukang Becak (1958), Penasaran (1977), dan Sebelah Mata (2008). Film pertama merupakan film produksi Italia, di mana dalam film tersebut Bob Tutupoly berperan bersama Indriati Iskak, dan The Baby Dolls (Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Rima Melati).

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Bob Tutupoly masih tetap aktif di dunia entertainment yang telah membesarkan namanya. Beliau bahkan masih sering mendapat undangan untuk manggung, seperti di Malaysia dan Filipina.

Tahun 2016 silam, Bob Tutupoly mendapat kesempatan untuk berduet dengan Krisdayanti dalam sebuah konser. Dalam konser tersebut, mereka menyanyikan lagu Cinta.

Bahkan rencananya, dalam waktu dekat ini Bob Tutupoly akan merilis album terbarunya kepada para penggemarnya. Wow.... sukses ya, Oom Bob....


Thursday, 26 April 2018

Acara Televisi Favorit - ANEKA RIA SAFARI


Sepanjang dekade 1980an, acara Aneka Ria Safari yang ditayangkan di TVRI menjadi salah satu acara favorit para penonton Indonesia. Tayang seminggu sekali, acara berdurasi 1 jam ini menampilkan banyak penyanyi populer yang membawakan lagu mereka secara live maupun lip-synch.

Proses terciptanya acara ini terbilang cukup panjang dan unik.

Pada tahun 1971, Eddy Soed dan beberapa artis lain - Bing Slamet dan Bucuk Soeharto (yang waktu itu merupakan Ketua Departemen Seni dan Budaya Golkar) - membentuk sebuah kelompok bernama Organisasi Artis Safari. Awalnya organisasi ini merupakan wadah untuk mengumpulkan para artis - baik senior maupun pendatang baru - untuk berkeliling ke daerah (istilah waktu itu "bersafari") untuk mengkampanyekan sebuah partai tertentu. Para artis yang tergabung dalam organisasi itu nantinya dijanjikan akan diorbitkan.
Eddy Soed

Di waktu bersamaan, Eddy Soed merasa prihatin dengan kondisi musik Indonesia yang waktu itu redup dan kalah bersaing dengan lagu-lagu luar negeri. Karena itu, lewat diskusi dengan Bapak Ali Murtopho - Menteri Penerangan waktu itu - maka terciptalah acara bernama Aneka Ria Safari. Lewat acara inilah, para artis yang tergabung dalam Organisasi Artis Safari dapat berkesempatan tampil di televisi dan dikenal penonton.

Acara Aneka Ria Safari sendiri pertama kali tayang di TVRI pada tahun 1982. 

Sistem monopoli siaran televisi waktu itu memberikan manfaat yang sangat besar pada perkembangan karir para artis Safari waktu itu. Mereka dengan cepat dapat dikenal dan diingat oleh para penonton, dan dalam waktu singkat mereka pun langsung menjadi artis terkenal di Indonesia.

Awalnya, hanya artis yang tergabung di Organisasi Artis Safari saja yang bisa tampil di acara Aneka Ria Safari. Tetapi seiring dengan perkembangan waktu, tidak semua artis harus menjadi Organisasi Artis Safari. Siapapun bisa tampil dalam acara tersebut. Lagu yang bisa tampil di acara tersebut pun beragam, mulai dari pop, melayu, jazz, hingga dangdut.

Format acara Aneka Ria Safari terbilang sederhana : Bentuknya seperti pertunjukkan musik live di mana acara tersebut dipandu oleh seorang Pembawa Acara yang selalu menceritakan sekelumit latar belakang lagu dan penyanyi yang akan tampil. Setelah itu, sang penyanyi pun tampil membawakan lagunya. Seringkali lagu dibawakan dengan cara lip-synch, dengan penari latar, dan para pemain band di belakang sang penyanyi. Biasanya di akhir acara, ada penampilan lawak yang dibawakan oleh grup lawak terkemuka di masa itu.

Acara ini sukses mencetak banyak penyanyi populer di masa itu. Sebut saja Hetty Koes Endang, Ratih Purwasih, Arie Wibowo, Heidy Diana, Iis Sugianto, Iwan Fals, Pance Pondaag, Rinto Harahap, Chrisye, Fariz RM, Nindy Ellise, Nicky Astria, Anggun C. Sasmi, Nike Ardila, Obbie Messakh, Tito Sumarsono, Itje Trisnawati, Rhoma Irama, dan lain sebagainya.

Selain itu, acara ini pun mengangkat nama banyak pelawak legendaris, seperti Surya Grup, Jojon - Cahyono - Uuk, dan lain sebagainya.

Ketika stasiun televisi swasta mulai muncul tahun 1990an, perlahan tapi pasti kepopuleran Aneka Ria Safari memudar. Hal ini dikarenakan acara tersebut kalah pamor dengan acara-acara musik di televisi swasta tersebut. Terlebih ketika jaringan televisi musik MTV masuk ke Indonesia dengan menggandeng sebuah stasiun televisi swasta, para penonton segera beralih ke sana. Dan akhirnya Aneka Ria Safari pun ditinggalkan penontonnya.

Meski kini sudah menjadi kenangan, tetapi acara Aneka Ria Safari merupakan acara televisi legendaris yang tidak akan mudah dilupakan banyak orang. Hampir 10 tahun lamanya acara itu mengudara dan telah berhasil mencetak banyak sekali penyanyi papan atas Indonesia. Terlebih lagi lagu-lagu Indonesia dari berbagai genre pun meraih kesuksesan berkat acara tersebut.


Monday, 23 April 2018

Sejarah - TARIAN POCO - POCO

Yopie Latul

Indonesia sempat mengalami "demam" Tari Poco-Poco di awal tahun 2000an. Hal ini terjadi setelah lagu "Poco-Poco" yang dibawakan Yopie Latul meledak saat dirilis tahun 2001. Selain lagunya sukses, tarian Poco-Poco pun ikut sukses, dan sering ditarikan banyak orang.

Secara umum, tarian "Poco-Poco" merupakan sebuah tarian berkelompok, di mana para penarinya menari dengan gerakan yang bersamaan. Pada umumnya, tarian tersebut hanya bergerak maju-mundur masing-masing selangkah, kiri-kanan masing-masing selangkah, kemudian berputar. Sedikitnya ada 50 kombinasi gerakan Tari "Poco-Poco", tetapi pada dasarnya semua tarian tersebut memiliki gerakan dasar yang sama.

Lagu "Poco-Poco" sendiri merupakan lagu ciptaan dari Arie Sapulette, seniman Ternate berdarah Ambon. Menurut beliau, Tarian "Poco-Poco" merupakan perpaduan antara tarian tradisional suku Yospan, Papua dan Suku Wayase, Ambon. Istilah "Poco-Poco" sendiri berasal dari bahasa Ambon yang berarti "Gadis cantik yang lincah".

Tarian ini sebenarnya sudah diciptakan sejak tahun 1995, namun baru populer di tahun 2001 ketika Yopie Latul melantungkan lagu ini sembari menarikan Tarian Poco-Poco.

Hingga hari ini, Tari Poco-Poco masih sangat populer di beberapa kalangan masyarakat dan masih sering ditarikan.

Meski populer di Indonesia, Tari Poco-Poco pernah diharamkan ditarikan di Malaysia. Hal ini dikarenakan Masyakarat Malaysia meyakini tarian tersebut merupakan tarian pemujaan roh karena mirip dengan tarian dukun yang ada di Jamaica.

Ada-ada saja.....



Film Nostalgia - GITA CINTA DARI SMA (1979)


Jauh sebelum film drama Ada Apa Dengan Cinta (2002) dan Dilan (2018) mengharu-biru penonton remaja Indonesia, ada film Gita Cinta dari SMA yang pernah meluluh-lantakkan hati para penonton remaja di masanya.

Yep.... Gita Cinta dari SMA adalah salah satu film drama remaja yang legendaris sekali, dan mungkin tidak akan mudah dilupakan para penonton yang menikmati masa mudanya di akhir era 1970an. Film yang disutradarai Arizal ini diperani oleh aktor Rano Karno dan Yessy Gusman. Keduanya merupakan aktor dan aktris remaja yang sangat populer di masa itu. Gita Cinta dari SMA sendiri merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya novelis Eddy D. Iskandar.

Dengan skenario yang dibuat oleh Eddy D. Iskandar sendiri, film ini mengetengahkan kisah cinta sepasang anak SMA, Galih (Rano Karno) dan Ratna (Yessy Gusman). Keduanya adalah bintang kelas di bidang pelajaran sekolah dan olah raga. Dari hanya sekedar teman sekelas, keduanya kemudian menjalin asmara.

Sayang, orang tua Ratna yang merupakan keturunan Jawa ternyata tidak menyukai Galih yang merupakan anak keturunan Sunda. Mereka kemudian menjodohkan Ratna dengan seorang pria yang merupakan mahasiswa sebuah universitas ternama di Yogyakarta. Menjelang kelulusan sekolah, orang tua Ratna memaksa Ratna untuk kuliah di Yogyakarta. Hal ini mereka lakukan agar Ratna berpisah dengan Galih.

Sikap orang tua Ratna membuat teman-teman sekolah Galih dan Ratna bersimpati. Di malam perpisahan siswa SMA, teman-teman sekolah sepasang kekasih itu berhasil mempertemukan Galih dan Ratna. Sayang, pertemuan mereka tidak berlangsung lama. Di akhir cerita, Galih dan Ratna pun berpisah, di mana Galih melanjutkan sekolah di Jakarta, sedangkan Ratna pindah ke Yogyakarta.

Film mengharukan ini menjadi salah satu film box-office Indonesia saat itu. Karena kesuksesannya, film ini kemudian dibuat sekuelnya berjudul Puspa Indah Taman Hati yang juga dirilis tahun 1979. Sekuel ini tetap disutradarai Arizal dan tetap menggunakan Rano Karno dan Yessy Gusman sebagai pemeran utama. Bedanya, di film tersebut, Yessy Gusman berperan ganda sebagai Ratna dan Marlina, kekasih baru Galih.

Dalam Puspa Indah Taman Hati, dikisahkan Galih telah kuliah dan jatuh hati dengan seorang teman kuliahnya bernama Marlina yang kebetulan berwajah sama dengan Ratna, kekasihnya waktu SMA. Ketika cinta mereka sedang bersemi, tiba-tiba hadirlah Ratna yang baru bercerai dari suaminya, hasil jodohan orang tua Ratna. Kehadiran Ratna membuat hati Galih bimbang, memilih antara Marlina dan Ratna.

Baik Gita Cinta dari SMA maupun Puspa Indah Taman Hati menjadi film yang sangat sukses di masanya. Kedua film ini menjadi drama cinta abadi yang membawa kesan mendalam bagi penonton di masa itu. Bahkan, Rano Karno dan Yessy Gusman pernah didapuk menjadi Pasangan Paling Serasi saat itu. Sayangnya, hubungan mesra mereka tidak berlanjut di dunia nyata.

Film Gita Cinta dari SMA menelorkan beberapa lagu hits yang cukup populer di masa itu. Salah satunya adalah lagu Galih dan Ratna. Lagu yang ditulis Guruh Soekarno Putra ini dinyanyikan oleh (alm) Chrisye. Lagu ini terdapat di album Chrisye berjudul "Puspa Indah" (1980) dan sangat populer sehingga sempat dinyanyikan-ulang oleh D'Cinnamons dan trio GAC (Gamaliel - Audrey - Cantika). Selain Galih dan Ratna, lagu lain yang sama populernya dari film tersebut adalah Marlina dan Gita Cinta.

Pada tahun 2017, film Gita Cinta dari SMA dibuat ulang dengan judul Galih dan Ratna, dengan sutradara Lucky Kuswandi dan diperani Refal Hady dan Sheryl Sheinafia. Sebagai penghargaan kepada Rano Karno dan Yessy Gusman, maka kedua aktor itu pun tampil di film Galih dan Ratna. Film ini telah tayang 9 Maret 2017 silam dan mendapatkan respon yang cukup positif dari penonton Indonesia. 

Sunday, 22 April 2018

Sejarah - DRAMA RADIO "SAUR SEPUH"


Pada tahun 1980an, Siaran Radio Swasta sedang berada di puncak kepopulerannya, melampaui siaran televisi (yang saat itu hanya "dikuasia" oleh satu-satunya saluran televisi Pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia atau TVRI). Hal ini dikarenakan banyaknya pilihan acara di radio serta adanya interaksi antara Penyiar dan Pendengar, yang membuat pendengar merasa dekat dengan alat hiburan tersebut.

Salah satu acara yang paling dinanti oleh para pendengar di masa itu adalah Drama Radio. Banyak drama radio yang disiarkan di masa itu, dan rata-rata adalah drama radio bergenre melo-drama dengan durasi yang cukup pendek namun berseri-seri panjang ceritanya. Salah satu melodrama radio paling sukses di masa itu adalah Butir-Butir Pasir di Laut, yang mana berdurasi hanya 15 menit namun panjangnya hingga ratusan episode.

Selain itu, ada 1 drama radio bergenre eksyen yang sangat populer di masa itu, yaitu SAUR SEPUH. Drama ini berlatar belakang masa Kerajaan Majapahit dengan tokoh utama Raja Brahma Kumbara dari Kerajaan Madangkara yang memiliki kemampuan bela diri luar biasa. Serial ini ditayangkan dari tahun 1984 - 1989 dan menjadi serial drama radio paling dinanti oleh para pendengar di seluruh Indonesia.

Drama radio Saur Sepuh awalnya merupakan drama radio produksi Radio Prambors, Jakarta, yang bertujuan untuk mempromosikan produk obat-obatan yang dibuat oleh salah satu perusahaan farmasi terbesar di Jawa Barat. Karena sponsor drama tersebut berasal dari Jawa Barat, maka dipilihlah penulis skenario dari Jawa Barat pula, yaitu (almarhum) Niki Kosasih.
Niki Kosasih

Proses pembuatan skenario memakan waktu lebih dari 1 tahun. Awalnya drama tersebut diberi judul "Pamali" (Tabu). Namun karena dirasa kurang sreg, akhirnya diubah menjadi "Saur Sepuh"  yang dalam bahasa Sunda berarti "Petuah Orang Tua".

Awalnya, Saur Sepuh tidak bercerita tentang Brama Kumbara, tetapi merupakan 3 cerita yang terpisah satu sama lain : Natakusumah, Bende Pusaka, dan Bara di Bumi Angkara.  Masing-masing cerita berdurasi 30 menit dan hanya ditayangkan di Radio Prambors, Jakarta.

Setelah penayangan drama tersebut, sebuah biro iklan Jakarta meminta Niki Kosasih untuk membuat sandiwara radio bersambung yang rencananya akan disiarkan di seluruh radio di Jakarta.Berdasarkan permintaan itu, Niki pun mengolah kisah Saur Sepuh menjadi drama baru berjudul Darah Biru. Pada saat ditayangkan, drama bertotal 60 seri tersebut (30 menit perseri) sudah menampilkan karakter Brama Kumbara sebagai tokoh utama.

Pasca kesuksesan drama radio Darah Biru itu, Niki Kosasih kemudian diminta membuat sekuel drama tersebut. Dan Niki pun membuatnya. Drama tersebut kemudian berganti nama menjadi Saur Sepuh. Ada pun urutan drama Saur Sepuh (termasuk seri awal Darah Biru) adalah :
1. Darah Biru
2. Perjalanan Berdarah
3. Singgasana Berdarah
4. Bara di Bumi Angkara
5. Banjir Darah di Bubat
6. Sastrawan dari Jamparing
7. Sengketa Tanah Leluhur
8. Satria Madangkara
9. Darah Putra Sanggam
10. Pesanggarahan Keramat
11. Telaga Rena Mahawijaya
12. Lembang Gunung Jawu
13. Mutiara dari Timur
14. Airmata di Madangkara
15. Perawan Bujit Lejar
16. Perguruan Anggrek Jingga
17. Titisan Darah Biru
18. Istana Atap Langit
19. Di Atas Langit Ada Langit
20. Sepasang Walet Putih

Sayangnya, di akhir cerita drama Saur Sepuh, ceritanya masih menggantung dan hingga hari ini belum dituntaskan.

Drama radio Saur Sepuh menjadi salah satu drama radio Indonesia yang paling fenomenal di masa itu, karena berhasil menggaet ratusan ribu - bahkan mungkin jutaan - pendengar dari seluruh Indonesia.

Berkat kesuksesan drama radio ini, para pengisi suara drama tersebut sontak menjadi artis yang dipuja-puja masyarakat Indonesia. Ada pun para pengisi suara tersebut adalah :
- Ferry Fadli (Brama Kumbara)
- Elly Ermawatie (Mantili - Adik Brama Kumbara)
- Ade Julia (Dewi Harnum - istri pertama Brama Kumbara)
- Maria Oentoe (Paramita - istri kedua Brama Kumbara)
- Ivonne Rose (Lasmini - wanita penggoda sekaligus musuh Brama Kumbara)
- Bahar Mario (Bongkeng - sahabat Brama Kumbara)
- Novia Kolopaking (Dewi Anjani - anak Lasmini)

Karena kesuksesannya, drama radio ini sudah diadaptasi menjadi film layar lebar dan sinetron televisi. Untuk film layar lebar, Saur Sepuh pertama kali dirilis tahun 1987 dengan sutradara Imam Tantowi, dan diperani Fendy Pradana (Brama Kumbara), Elly Ermawatie (Mantili), dan Murti Sari Dewi (Lasmini). Film tersebut sukses sehingga dibuat hingga 5 seri.

Sedangkan untuk sinetron, Saur Sepuh sudah diadaptasi sebanyak 5 kali. Pertama kali (berjudul Saur Sepuh) diproduksi tahun 1993 - 1994. Kemudian yang kedua (Singgasana Brama Kumbara) dirilis tahun 1995. Yang ketiga (Brama Kumbara) tahun 2005. Yang keempat (Brama Kumbara) dirilis tahun 2013). Dan yang paling anyar (Saur Sepuh : The Series) dirilis tahun 2017.


ALUR CERITA "SAUR SEPUH"
Secara singkat, Saur Sepuh mengisahkan tentang perjalanan hidup Brama Kumbara, anak Raja Darmasalira dari Kerajaan Madangkara. Setelah ayahnya tewas dibunuh kawanan perampok, ibunya - Gayatri - menikah dengan Tumenggung Ardalepa, seorang bangsawan dari Kuntala. Dari pernikahan ini, lahirlah Mantili yang merupakan adik tiri, sekaligus sahabat Brama dalam menjaga keutuhan Kerajaan Madangkara.

Semasa kecil, Brama Kumbara mengalami hidup susah, karena Kerajaan Madangkara sedang berperang. Dalam kondisi itu, dia diasuh dan dilatih oleh Kakek Astagina, seorang pendekar tua yang sebenarnya adalah kakeknya sendiri dan pernah menjadi Raja Madangkara. Dari Kakek Astagina inilah, Brama mendapatkan ilmu tingkat tinggi Ajian Bayu Bajra, Tapak Saketi, Tikki Ibeng, Malih Ripa, dan Serat Jiwa.

Serat Jiwa merupakan ilmu terdasyat yang dimiliki Brama dan lewat ilmu inilah dia berhasil menaklukkan banyak musuh berilmu tinggi. Untuk melengkapi kesaktian Serat Jiwa, Brama kemudian membuat ilmu baru yang kedasyatannya di atas Serat Jiwa, yaitu Lampah Lumpuh.

Setelah dewasa, Brama menjadi pemimpin pasukan revolusi yang memperjuangkan kemerdekaan Kerajaan Madangkara. Lewat pertarungan hidup-mati melawan Tumenggung Gardika dari Kuntala, Brama akhirnya berhasil menaklukkan Sang Tumenggung dan akhirnya menjadi Raja Madangkara.

Meski sudah menjadi raja, tetapi banyak pengikuti Tumenggung Gardika yang tidak suka dengan Brama Kumbara. Mereka diam-diam bergabung untuk menguasai Ajian Waringin Sunsang. Dengan ajian tersebut, mereka berhasil mengalahkan Brama Kumbara. Untuk mengalahkan Ajian tersebut, Brama kemudian menciptakan Ajian Srigunting. Ilmu ini kemudian diturunkan Brama pada Mantili untuk menghadapi Lugina dan Lasmini, yang merupakan musuh abadi Brama Kumbara.

Selama menjadi Raja, Brama tidak henti-hentinya mendapat rongorngan dari orang di dalam istana maupun masyarakatnya sendiri. Selain itu, dia pun harus berhadapan dengan musuh kuat bernama Bhiksu Kampala dari Tibet yang ingin menjajal ilmu Brama Kumbara.

Kisah Saur Sepuh dibuat makin seru dengan kisah cinta Brama Kumbara dengan sejumlah wanita. Selain beberapa wanita yang menjadi kekasih dan istri Brama, ada 1 karakter wanita yang menjadi kontroversi dalam Saur Sepuh, yaitu Lasmini. Lasmini adalah kekasih Tumenggung Bayan dari Majapahit. Ketika Tumenggung Bayan tewas di tangan Brama, Lasmini berniat menuntut balas. Tapi alih-alih membalaskan dendam, dia justru jatuh cinta pada Brama. Sayangnya, Brama tidak merespon cinta Lasmini, membuat dia sakit hati, dan kemudian membalaskan kekesalannya dengan berusaha membunuh Brama dan Mantili.

Mantili nyaris tewas di tangan Lasmini yang berilmu tinggi (Aji Sirep Megananda). Beruntung Brama berhasil menyelamatkan adik tirinya tersebut, dan mengusir Lasmini. Lasmini tidak terima, lalu membuat kekacauan di Madangkara. Kala itu, Mantili yang kekuatannya telah pulih, kemudian bertarung melawan Lasmini. Lasmini pun berhasil ditaklukkan, kemudian diusir dari Madangkara.

Lasmini kemudian memanfaaatkan Bentar - anak tiri Brama dari istrinya, Pramitha - untuk menghancurkan keluarga Brama. Bentar dan Lasmini sempat menjalin hubungan kekasih hingga melakukan hubungan terlarang. Hal ini ditentang Mantili dan terjadilah pertarungan sengit kembali di antara mereka.

Kisah Lasmini menjadi cerita tersendiri yang cukup panjang. Bahkan sampai Brama meninggal pun kisah hidupnya yang sarat duka terus diangkat, sehingga menimbulkan rasa iba dan benci pada karakter ini.

Apa Kabarmu Sekarang - ERVINNA


Tidak banyak generasi masa kini yang ingat dengan Ervinna. Padahal wanita cantik kelahiran Surabaya 4 Mei 1956 ini adalah diva Indonesia yang pernah sukses di luar negeri. Karirnya yang sangat gemilang, membuatnya dijuluki "The Angel of Indonesia" oleh kritikus musik dunia dan menjadi salah satu dari The Ten Best Singer of South East Asia di tahun 1980.

Ervinna terlahir dengan nama Ervin Theodora Monica. Penyuka olah raga ini merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dan telah menyenangi dunia tarik-suara sejak usia dua belas tahun. Kemampuan olah suara didapatnya dari kakaknya - Paulus Purnomo - yang rutin mengajarinya setiap hari di rumah.

Untuk menjajal kemampuannya, Ervinna kecil rutin mengikuti berbagai festival menyanyi setempat. Sayangnya, dirinya tidak pernah berhasil dalam lomba-lomba tersebut. Berkat kegigihannya berlatih dan ikut lomba, kemampuannya dilirik oleh Produser Singapura yang kemudian mengajaknya melakukan rekaman dan serangkaian show di Singapura, Bangkok dan Malaysia. Sayangnya, saat proses pembuatan album pertamanya, proses pembuatannya tidak maksimal dan rekamannya hanya dijual terbatas.


Akhirnya Ervinna pun kembali ke Indonesia. Tahun 1975, dia mendapat tawaran untuk rekaman di studio rekaman Golden Hand - Surabaya, di mana dia diberi kesempatan menyanyikan lagu-lagu pop, Melayu, keroncong dan berbagai lagu Oldiest. Album tersebut diedarkan di luar negeri, seperti Jepang, Vietnam, Taipei, Hongkong, Pilipina, Malaysia, dan Eropa. Dalam mempromosikan albumnya, Ervinna saat itu juga berkesempatan menjadi anggota Misi Kesenian NTT dan melakukan show di Malaysia.

Akibat kesibukannya berpentas, Ervinna akhirnya harus melepaskan pendidikannya di kelas 3 SMP Santa Agnes, Surabaya. Sejak itulah dia fokus mengembangkan karirnya di bidang tarik-suara.

Kesuksesan demi kesuksesan terus menghampiri Ervinna saat itu, terutama saat memasuki era 1980an ketika dia berkolaborasi dengan A.Riyanto. Lewat lagu-lagu pop, disko, dan reggae seperti Beta Kawan Setia, Jangan Parkir di Situ, Pari Pagi, Hallo Apa Kabar, dan Manja Semanis Madu, Ervinna berhasil meraih popularitasnya di Indonesia.

Selain itu, Ervinna pun menjalin kolaborasi dengan banyak pencipta lagu papan atas Indonesia saa itu : Arie Wibowo (Lagu Manis, Angin Sorga), Dadang S. Manaf (Secangkir Kopi), Elfa Secioria / Inggrid Wijanarko (Hatiku Bahagia), dan Chilung (Jakarta Metropolitan).

Penghargaan demi penghargaan pun diraih Ervinna, sehingga menjadikannya Diva Papan Atas Indonesia kala itu. Ervinna pun tergolong penyanyi yang paling produktif di masa itu, karena telah merilis lebih dari 200 album di masa itu.

Meski telah sukses, namun Ervinna menyadari kalau semua usahanya adalah berkat Tuhan. Karena itu, di dekade 2000an, Ervinna memutuskan mundur dari dunia hiburan dan berfokus pada pelayanan di gereja. Kini - bersama suaminya (Robert Soesanto) dan anaknya - Ervinna hidup bahagia di Surabaya menjadi Pelayan Tuhan.

Meski demikian, Ervinna masih tetap aktif menyanyi, meski kini lebih banyak membawakan lagu-lagu rohani. Dia pun kini masih kerap merilis album-album rohani, baik berbahasa Indonesia maupun Mandarin.