Thursday, 26 April 2018

Acara Televisi Favorit - ANEKA RIA SAFARI


Sepanjang dekade 1980an, acara Aneka Ria Safari yang ditayangkan di TVRI menjadi salah satu acara favorit para penonton Indonesia. Tayang seminggu sekali, acara berdurasi 1 jam ini menampilkan banyak penyanyi populer yang membawakan lagu mereka secara live maupun lip-synch.

Proses terciptanya acara ini terbilang cukup panjang dan unik.

Pada tahun 1971, Eddy Soed dan beberapa artis lain - Bing Slamet dan Bucuk Soeharto (yang waktu itu merupakan Ketua Departemen Seni dan Budaya Golkar) - membentuk sebuah kelompok bernama Organisasi Artis Safari. Awalnya organisasi ini merupakan wadah untuk mengumpulkan para artis - baik senior maupun pendatang baru - untuk berkeliling ke daerah (istilah waktu itu "bersafari") untuk mengkampanyekan sebuah partai tertentu. Para artis yang tergabung dalam organisasi itu nantinya dijanjikan akan diorbitkan.
Eddy Soed

Di waktu bersamaan, Eddy Soed merasa prihatin dengan kondisi musik Indonesia yang waktu itu redup dan kalah bersaing dengan lagu-lagu luar negeri. Karena itu, lewat diskusi dengan Bapak Ali Murtopho - Menteri Penerangan waktu itu - maka terciptalah acara bernama Aneka Ria Safari. Lewat acara inilah, para artis yang tergabung dalam Organisasi Artis Safari dapat berkesempatan tampil di televisi dan dikenal penonton.

Acara Aneka Ria Safari sendiri pertama kali tayang di TVRI pada tahun 1982. 

Sistem monopoli siaran televisi waktu itu memberikan manfaat yang sangat besar pada perkembangan karir para artis Safari waktu itu. Mereka dengan cepat dapat dikenal dan diingat oleh para penonton, dan dalam waktu singkat mereka pun langsung menjadi artis terkenal di Indonesia.

Awalnya, hanya artis yang tergabung di Organisasi Artis Safari saja yang bisa tampil di acara Aneka Ria Safari. Tetapi seiring dengan perkembangan waktu, tidak semua artis harus menjadi Organisasi Artis Safari. Siapapun bisa tampil dalam acara tersebut. Lagu yang bisa tampil di acara tersebut pun beragam, mulai dari pop, melayu, jazz, hingga dangdut.

Format acara Aneka Ria Safari terbilang sederhana : Bentuknya seperti pertunjukkan musik live di mana acara tersebut dipandu oleh seorang Pembawa Acara yang selalu menceritakan sekelumit latar belakang lagu dan penyanyi yang akan tampil. Setelah itu, sang penyanyi pun tampil membawakan lagunya. Seringkali lagu dibawakan dengan cara lip-synch, dengan penari latar, dan para pemain band di belakang sang penyanyi. Biasanya di akhir acara, ada penampilan lawak yang dibawakan oleh grup lawak terkemuka di masa itu.

Acara ini sukses mencetak banyak penyanyi populer di masa itu. Sebut saja Hetty Koes Endang, Ratih Purwasih, Arie Wibowo, Heidy Diana, Iis Sugianto, Iwan Fals, Pance Pondaag, Rinto Harahap, Chrisye, Fariz RM, Nindy Ellise, Nicky Astria, Anggun C. Sasmi, Nike Ardila, Obbie Messakh, Tito Sumarsono, Itje Trisnawati, Rhoma Irama, dan lain sebagainya.

Selain itu, acara ini pun mengangkat nama banyak pelawak legendaris, seperti Surya Grup, Jojon - Cahyono - Uuk, dan lain sebagainya.

Ketika stasiun televisi swasta mulai muncul tahun 1990an, perlahan tapi pasti kepopuleran Aneka Ria Safari memudar. Hal ini dikarenakan acara tersebut kalah pamor dengan acara-acara musik di televisi swasta tersebut. Terlebih ketika jaringan televisi musik MTV masuk ke Indonesia dengan menggandeng sebuah stasiun televisi swasta, para penonton segera beralih ke sana. Dan akhirnya Aneka Ria Safari pun ditinggalkan penontonnya.

Meski kini sudah menjadi kenangan, tetapi acara Aneka Ria Safari merupakan acara televisi legendaris yang tidak akan mudah dilupakan banyak orang. Hampir 10 tahun lamanya acara itu mengudara dan telah berhasil mencetak banyak sekali penyanyi papan atas Indonesia. Terlebih lagi lagu-lagu Indonesia dari berbagai genre pun meraih kesuksesan berkat acara tersebut.


Monday, 23 April 2018

Sejarah - TARIAN POCO - POCO

Yopie Latul

Indonesia sempat mengalami "demam" Tari Poco-Poco di awal tahun 2000an. Hal ini terjadi setelah lagu "Poco-Poco" yang dibawakan Yopie Latul meledak saat dirilis tahun 2001. Selain lagunya sukses, tarian Poco-Poco pun ikut sukses, dan sering ditarikan banyak orang.

Secara umum, tarian "Poco-Poco" merupakan sebuah tarian berkelompok, di mana para penarinya menari dengan gerakan yang bersamaan. Pada umumnya, tarian tersebut hanya bergerak maju-mundur masing-masing selangkah, kiri-kanan masing-masing selangkah, kemudian berputar. Sedikitnya ada 50 kombinasi gerakan Tari "Poco-Poco", tetapi pada dasarnya semua tarian tersebut memiliki gerakan dasar yang sama.

Lagu "Poco-Poco" sendiri merupakan lagu ciptaan dari Arie Sapulette, seniman Ternate berdarah Ambon. Menurut beliau, Tarian "Poco-Poco" merupakan perpaduan antara tarian tradisional suku Yospan, Papua dan Suku Wayase, Ambon. Istilah "Poco-Poco" sendiri berasal dari bahasa Ambon yang berarti "Gadis cantik yang lincah".

Tarian ini sebenarnya sudah diciptakan sejak tahun 1995, namun baru populer di tahun 2001 ketika Yopie Latul melantungkan lagu ini sembari menarikan Tarian Poco-Poco.

Hingga hari ini, Tari Poco-Poco masih sangat populer di beberapa kalangan masyarakat dan masih sering ditarikan.

Meski populer di Indonesia, Tari Poco-Poco pernah diharamkan ditarikan di Malaysia. Hal ini dikarenakan Masyakarat Malaysia meyakini tarian tersebut merupakan tarian pemujaan roh karena mirip dengan tarian dukun yang ada di Jamaica.

Ada-ada saja.....



Film Nostalgia - GITA CINTA DARI SMA (1979)


Jauh sebelum film drama Ada Apa Dengan Cinta (2002) dan Dilan (2018) mengharu-biru penonton remaja Indonesia, ada film Gita Cinta dari SMA yang pernah meluluh-lantakkan hati para penonton remaja di masanya.

Yep.... Gita Cinta dari SMA adalah salah satu film drama remaja yang legendaris sekali, dan mungkin tidak akan mudah dilupakan para penonton yang menikmati masa mudanya di akhir era 1970an. Film yang disutradarai Arizal ini diperani oleh aktor Rano Karno dan Yessy Gusman. Keduanya merupakan aktor dan aktris remaja yang sangat populer di masa itu. Gita Cinta dari SMA sendiri merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya novelis Eddy D. Iskandar.

Dengan skenario yang dibuat oleh Eddy D. Iskandar sendiri, film ini mengetengahkan kisah cinta sepasang anak SMA, Galih (Rano Karno) dan Ratna (Yessy Gusman). Keduanya adalah bintang kelas di bidang pelajaran sekolah dan olah raga. Dari hanya sekedar teman sekelas, keduanya kemudian menjalin asmara.

Sayang, orang tua Ratna yang merupakan keturunan Jawa ternyata tidak menyukai Galih yang merupakan anak keturunan Sunda. Mereka kemudian menjodohkan Ratna dengan seorang pria yang merupakan mahasiswa sebuah universitas ternama di Yogyakarta. Menjelang kelulusan sekolah, orang tua Ratna memaksa Ratna untuk kuliah di Yogyakarta. Hal ini mereka lakukan agar Ratna berpisah dengan Galih.

Sikap orang tua Ratna membuat teman-teman sekolah Galih dan Ratna bersimpati. Di malam perpisahan siswa SMA, teman-teman sekolah sepasang kekasih itu berhasil mempertemukan Galih dan Ratna. Sayang, pertemuan mereka tidak berlangsung lama. Di akhir cerita, Galih dan Ratna pun berpisah, di mana Galih melanjutkan sekolah di Jakarta, sedangkan Ratna pindah ke Yogyakarta.

Film mengharukan ini menjadi salah satu film box-office Indonesia saat itu. Karena kesuksesannya, film ini kemudian dibuat sekuelnya berjudul Puspa Indah Taman Hati yang juga dirilis tahun 1979. Sekuel ini tetap disutradarai Arizal dan tetap menggunakan Rano Karno dan Yessy Gusman sebagai pemeran utama. Bedanya, di film tersebut, Yessy Gusman berperan ganda sebagai Ratna dan Marlina, kekasih baru Galih.

Dalam Puspa Indah Taman Hati, dikisahkan Galih telah kuliah dan jatuh hati dengan seorang teman kuliahnya bernama Marlina yang kebetulan berwajah sama dengan Ratna, kekasihnya waktu SMA. Ketika cinta mereka sedang bersemi, tiba-tiba hadirlah Ratna yang baru bercerai dari suaminya, hasil jodohan orang tua Ratna. Kehadiran Ratna membuat hati Galih bimbang, memilih antara Marlina dan Ratna.

Baik Gita Cinta dari SMA maupun Puspa Indah Taman Hati menjadi film yang sangat sukses di masanya. Kedua film ini menjadi drama cinta abadi yang membawa kesan mendalam bagi penonton di masa itu. Bahkan, Rano Karno dan Yessy Gusman pernah didapuk menjadi Pasangan Paling Serasi saat itu. Sayangnya, hubungan mesra mereka tidak berlanjut di dunia nyata.

Film Gita Cinta dari SMA menelorkan beberapa lagu hits yang cukup populer di masa itu. Salah satunya adalah lagu Galih dan Ratna. Lagu yang ditulis Guruh Soekarno Putra ini dinyanyikan oleh (alm) Chrisye. Lagu ini terdapat di album Chrisye berjudul "Puspa Indah" (1980) dan sangat populer sehingga sempat dinyanyikan-ulang oleh D'Cinnamons dan trio GAC (Gamaliel - Audrey - Cantika). Selain Galih dan Ratna, lagu lain yang sama populernya dari film tersebut adalah Marlina dan Gita Cinta.

Pada tahun 2017, film Gita Cinta dari SMA dibuat ulang dengan judul Galih dan Ratna, dengan sutradara Lucky Kuswandi dan diperani Refal Hady dan Sheryl Sheinafia. Sebagai penghargaan kepada Rano Karno dan Yessy Gusman, maka kedua aktor itu pun tampil di film Galih dan Ratna. Film ini telah tayang 9 Maret 2017 silam dan mendapatkan respon yang cukup positif dari penonton Indonesia. 

Sunday, 22 April 2018

Sejarah - DRAMA RADIO "SAUR SEPUH"


Pada tahun 1980an, Siaran Radio Swasta sedang berada di puncak kepopulerannya, melampaui siaran televisi (yang saat itu hanya "dikuasia" oleh satu-satunya saluran televisi Pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia atau TVRI). Hal ini dikarenakan banyaknya pilihan acara di radio serta adanya interaksi antara Penyiar dan Pendengar, yang membuat pendengar merasa dekat dengan alat hiburan tersebut.

Salah satu acara yang paling dinanti oleh para pendengar di masa itu adalah Drama Radio. Banyak drama radio yang disiarkan di masa itu, dan rata-rata adalah drama radio bergenre melo-drama dengan durasi yang cukup pendek namun berseri-seri panjang ceritanya. Salah satu melodrama radio paling sukses di masa itu adalah Butir-Butir Pasir di Laut, yang mana berdurasi hanya 15 menit namun panjangnya hingga ratusan episode.

Selain itu, ada 1 drama radio bergenre eksyen yang sangat populer di masa itu, yaitu SAUR SEPUH. Drama ini berlatar belakang masa Kerajaan Majapahit dengan tokoh utama Raja Brahma Kumbara dari Kerajaan Madangkara yang memiliki kemampuan bela diri luar biasa. Serial ini ditayangkan dari tahun 1984 - 1989 dan menjadi serial drama radio paling dinanti oleh para pendengar di seluruh Indonesia.

Drama radio Saur Sepuh awalnya merupakan drama radio produksi Radio Prambors, Jakarta, yang bertujuan untuk mempromosikan produk obat-obatan yang dibuat oleh salah satu perusahaan farmasi terbesar di Jawa Barat. Karena sponsor drama tersebut berasal dari Jawa Barat, maka dipilihlah penulis skenario dari Jawa Barat pula, yaitu (almarhum) Niki Kosasih.
Niki Kosasih

Proses pembuatan skenario memakan waktu lebih dari 1 tahun. Awalnya drama tersebut diberi judul "Pamali" (Tabu). Namun karena dirasa kurang sreg, akhirnya diubah menjadi "Saur Sepuh"  yang dalam bahasa Sunda berarti "Petuah Orang Tua".

Awalnya, Saur Sepuh tidak bercerita tentang Brama Kumbara, tetapi merupakan 3 cerita yang terpisah satu sama lain : Natakusumah, Bende Pusaka, dan Bara di Bumi Angkara.  Masing-masing cerita berdurasi 30 menit dan hanya ditayangkan di Radio Prambors, Jakarta.

Setelah penayangan drama tersebut, sebuah biro iklan Jakarta meminta Niki Kosasih untuk membuat sandiwara radio bersambung yang rencananya akan disiarkan di seluruh radio di Jakarta.Berdasarkan permintaan itu, Niki pun mengolah kisah Saur Sepuh menjadi drama baru berjudul Darah Biru. Pada saat ditayangkan, drama bertotal 60 seri tersebut (30 menit perseri) sudah menampilkan karakter Brama Kumbara sebagai tokoh utama.

Pasca kesuksesan drama radio Darah Biru itu, Niki Kosasih kemudian diminta membuat sekuel drama tersebut. Dan Niki pun membuatnya. Drama tersebut kemudian berganti nama menjadi Saur Sepuh. Ada pun urutan drama Saur Sepuh (termasuk seri awal Darah Biru) adalah :
1. Darah Biru
2. Perjalanan Berdarah
3. Singgasana Berdarah
4. Bara di Bumi Angkara
5. Banjir Darah di Bubat
6. Sastrawan dari Jamparing
7. Sengketa Tanah Leluhur
8. Satria Madangkara
9. Darah Putra Sanggam
10. Pesanggarahan Keramat
11. Telaga Rena Mahawijaya
12. Lembang Gunung Jawu
13. Mutiara dari Timur
14. Airmata di Madangkara
15. Perawan Bujit Lejar
16. Perguruan Anggrek Jingga
17. Titisan Darah Biru
18. Istana Atap Langit
19. Di Atas Langit Ada Langit
20. Sepasang Walet Putih

Sayangnya, di akhir cerita drama Saur Sepuh, ceritanya masih menggantung dan hingga hari ini belum dituntaskan.

Drama radio Saur Sepuh menjadi salah satu drama radio Indonesia yang paling fenomenal di masa itu, karena berhasil menggaet ratusan ribu - bahkan mungkin jutaan - pendengar dari seluruh Indonesia.

Berkat kesuksesan drama radio ini, para pengisi suara drama tersebut sontak menjadi artis yang dipuja-puja masyarakat Indonesia. Ada pun para pengisi suara tersebut adalah :
- Ferry Fadli (Brama Kumbara)
- Elly Ermawatie (Mantili - Adik Brama Kumbara)
- Ade Julia (Dewi Harnum - istri pertama Brama Kumbara)
- Maria Oentoe (Paramita - istri kedua Brama Kumbara)
- Ivonne Rose (Lasmini - wanita penggoda sekaligus musuh Brama Kumbara)
- Bahar Mario (Bongkeng - sahabat Brama Kumbara)
- Novia Kolopaking (Dewi Anjani - anak Lasmini)

Karena kesuksesannya, drama radio ini sudah diadaptasi menjadi film layar lebar dan sinetron televisi. Untuk film layar lebar, Saur Sepuh pertama kali dirilis tahun 1987 dengan sutradara Imam Tantowi, dan diperani Fendy Pradana (Brama Kumbara), Elly Ermawatie (Mantili), dan Murti Sari Dewi (Lasmini). Film tersebut sukses sehingga dibuat hingga 5 seri.

Sedangkan untuk sinetron, Saur Sepuh sudah diadaptasi sebanyak 5 kali. Pertama kali (berjudul Saur Sepuh) diproduksi tahun 1993 - 1994. Kemudian yang kedua (Singgasana Brama Kumbara) dirilis tahun 1995. Yang ketiga (Brama Kumbara) tahun 2005. Yang keempat (Brama Kumbara) dirilis tahun 2013). Dan yang paling anyar (Saur Sepuh : The Series) dirilis tahun 2017.


ALUR CERITA "SAUR SEPUH"
Secara singkat, Saur Sepuh mengisahkan tentang perjalanan hidup Brama Kumbara, anak Raja Darmasalira dari Kerajaan Madangkara. Setelah ayahnya tewas dibunuh kawanan perampok, ibunya - Gayatri - menikah dengan Tumenggung Ardalepa, seorang bangsawan dari Kuntala. Dari pernikahan ini, lahirlah Mantili yang merupakan adik tiri, sekaligus sahabat Brama dalam menjaga keutuhan Kerajaan Madangkara.

Semasa kecil, Brama Kumbara mengalami hidup susah, karena Kerajaan Madangkara sedang berperang. Dalam kondisi itu, dia diasuh dan dilatih oleh Kakek Astagina, seorang pendekar tua yang sebenarnya adalah kakeknya sendiri dan pernah menjadi Raja Madangkara. Dari Kakek Astagina inilah, Brama mendapatkan ilmu tingkat tinggi Ajian Bayu Bajra, Tapak Saketi, Tikki Ibeng, Malih Ripa, dan Serat Jiwa.

Serat Jiwa merupakan ilmu terdasyat yang dimiliki Brama dan lewat ilmu inilah dia berhasil menaklukkan banyak musuh berilmu tinggi. Untuk melengkapi kesaktian Serat Jiwa, Brama kemudian membuat ilmu baru yang kedasyatannya di atas Serat Jiwa, yaitu Lampah Lumpuh.

Setelah dewasa, Brama menjadi pemimpin pasukan revolusi yang memperjuangkan kemerdekaan Kerajaan Madangkara. Lewat pertarungan hidup-mati melawan Tumenggung Gardika dari Kuntala, Brama akhirnya berhasil menaklukkan Sang Tumenggung dan akhirnya menjadi Raja Madangkara.

Meski sudah menjadi raja, tetapi banyak pengikuti Tumenggung Gardika yang tidak suka dengan Brama Kumbara. Mereka diam-diam bergabung untuk menguasai Ajian Waringin Sunsang. Dengan ajian tersebut, mereka berhasil mengalahkan Brama Kumbara. Untuk mengalahkan Ajian tersebut, Brama kemudian menciptakan Ajian Srigunting. Ilmu ini kemudian diturunkan Brama pada Mantili untuk menghadapi Lugina dan Lasmini, yang merupakan musuh abadi Brama Kumbara.

Selama menjadi Raja, Brama tidak henti-hentinya mendapat rongorngan dari orang di dalam istana maupun masyarakatnya sendiri. Selain itu, dia pun harus berhadapan dengan musuh kuat bernama Bhiksu Kampala dari Tibet yang ingin menjajal ilmu Brama Kumbara.

Kisah Saur Sepuh dibuat makin seru dengan kisah cinta Brama Kumbara dengan sejumlah wanita. Selain beberapa wanita yang menjadi kekasih dan istri Brama, ada 1 karakter wanita yang menjadi kontroversi dalam Saur Sepuh, yaitu Lasmini. Lasmini adalah kekasih Tumenggung Bayan dari Majapahit. Ketika Tumenggung Bayan tewas di tangan Brama, Lasmini berniat menuntut balas. Tapi alih-alih membalaskan dendam, dia justru jatuh cinta pada Brama. Sayangnya, Brama tidak merespon cinta Lasmini, membuat dia sakit hati, dan kemudian membalaskan kekesalannya dengan berusaha membunuh Brama dan Mantili.

Mantili nyaris tewas di tangan Lasmini yang berilmu tinggi (Aji Sirep Megananda). Beruntung Brama berhasil menyelamatkan adik tirinya tersebut, dan mengusir Lasmini. Lasmini tidak terima, lalu membuat kekacauan di Madangkara. Kala itu, Mantili yang kekuatannya telah pulih, kemudian bertarung melawan Lasmini. Lasmini pun berhasil ditaklukkan, kemudian diusir dari Madangkara.

Lasmini kemudian memanfaaatkan Bentar - anak tiri Brama dari istrinya, Pramitha - untuk menghancurkan keluarga Brama. Bentar dan Lasmini sempat menjalin hubungan kekasih hingga melakukan hubungan terlarang. Hal ini ditentang Mantili dan terjadilah pertarungan sengit kembali di antara mereka.

Kisah Lasmini menjadi cerita tersendiri yang cukup panjang. Bahkan sampai Brama meninggal pun kisah hidupnya yang sarat duka terus diangkat, sehingga menimbulkan rasa iba dan benci pada karakter ini.

Apa Kabarmu Sekarang - ERVINNA


Tidak banyak generasi masa kini yang ingat dengan Ervinna. Padahal wanita cantik kelahiran Surabaya 4 Mei 1956 ini adalah diva Indonesia yang pernah sukses di luar negeri. Karirnya yang sangat gemilang, membuatnya dijuluki "The Angel of Indonesia" oleh kritikus musik dunia dan menjadi salah satu dari The Ten Best Singer of South East Asia di tahun 1980.

Ervinna terlahir dengan nama Ervin Theodora Monica. Penyuka olah raga ini merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dan telah menyenangi dunia tarik-suara sejak usia dua belas tahun. Kemampuan olah suara didapatnya dari kakaknya - Paulus Purnomo - yang rutin mengajarinya setiap hari di rumah.

Untuk menjajal kemampuannya, Ervinna kecil rutin mengikuti berbagai festival menyanyi setempat. Sayangnya, dirinya tidak pernah berhasil dalam lomba-lomba tersebut. Berkat kegigihannya berlatih dan ikut lomba, kemampuannya dilirik oleh Produser Singapura yang kemudian mengajaknya melakukan rekaman dan serangkaian show di Singapura, Bangkok dan Malaysia. Sayangnya, saat proses pembuatan album pertamanya, proses pembuatannya tidak maksimal dan rekamannya hanya dijual terbatas.


Akhirnya Ervinna pun kembali ke Indonesia. Tahun 1975, dia mendapat tawaran untuk rekaman di studio rekaman Golden Hand - Surabaya, di mana dia diberi kesempatan menyanyikan lagu-lagu pop, Melayu, keroncong dan berbagai lagu Oldiest. Album tersebut diedarkan di luar negeri, seperti Jepang, Vietnam, Taipei, Hongkong, Pilipina, Malaysia, dan Eropa. Dalam mempromosikan albumnya, Ervinna saat itu juga berkesempatan menjadi anggota Misi Kesenian NTT dan melakukan show di Malaysia.

Akibat kesibukannya berpentas, Ervinna akhirnya harus melepaskan pendidikannya di kelas 3 SMP Santa Agnes, Surabaya. Sejak itulah dia fokus mengembangkan karirnya di bidang tarik-suara.

Kesuksesan demi kesuksesan terus menghampiri Ervinna saat itu, terutama saat memasuki era 1980an ketika dia berkolaborasi dengan A.Riyanto. Lewat lagu-lagu pop, disko, dan reggae seperti Beta Kawan Setia, Jangan Parkir di Situ, Pari Pagi, Hallo Apa Kabar, dan Manja Semanis Madu, Ervinna berhasil meraih popularitasnya di Indonesia.

Selain itu, Ervinna pun menjalin kolaborasi dengan banyak pencipta lagu papan atas Indonesia saa itu : Arie Wibowo (Lagu Manis, Angin Sorga), Dadang S. Manaf (Secangkir Kopi), Elfa Secioria / Inggrid Wijanarko (Hatiku Bahagia), dan Chilung (Jakarta Metropolitan).

Penghargaan demi penghargaan pun diraih Ervinna, sehingga menjadikannya Diva Papan Atas Indonesia kala itu. Ervinna pun tergolong penyanyi yang paling produktif di masa itu, karena telah merilis lebih dari 200 album di masa itu.

Meski telah sukses, namun Ervinna menyadari kalau semua usahanya adalah berkat Tuhan. Karena itu, di dekade 2000an, Ervinna memutuskan mundur dari dunia hiburan dan berfokus pada pelayanan di gereja. Kini - bersama suaminya (Robert Soesanto) dan anaknya - Ervinna hidup bahagia di Surabaya menjadi Pelayan Tuhan.

Meski demikian, Ervinna masih tetap aktif menyanyi, meski kini lebih banyak membawakan lagu-lagu rohani. Dia pun kini masih kerap merilis album-album rohani, baik berbahasa Indonesia maupun Mandarin.






Sejarah - OPLET


Bagi Anda yang lahir di tahun 1930-1980an, tentu tidak asing dengan kendaraan umum yang disebut OPLET. Ya, di era tersebut, Oplet merupakan kendaraan umum yang sangat populer dan sering digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas keseharian mereka, sebelum keberadaan mereka digantikan oleh kendaraan umum yang lebih modern yang saat ini kita kenal dengan sebutan Angkot (Angkutan Kota).

Berdasarkan sejarahnya, Oplet sudah ada sejak tahun 1930. Karena adanya kebutuhan transportasi umum, maka Pemerintah Indonesia saat itu meluncurkan kendaraan umum berbasis bis (bisa diisi banyak orang) yang disebut Oplet. Konon, istilah Oplet diambil dari bahasa Belanda "Opel Let" atau (Mobil) Opel Mini, karena Oplet pertama merupakan modifikasi dari mobil Opel. Tetapi ada sumber lain yang menyebutkan kalau Oplet merupakan akronim dari Chevrolet atau bahasa Belanda lain "Auto Let" (kendaraan umum).

Di tahun 1970-an, kendaraan yang digunakan sebagai Oplet umumnya adalah mobil sedan merek Morris (buatan Inggris).  Tapi di Jakarta waktu itu, mobil yang digunakan sebagai Oplet adalah mobil merek Austin. Hal inilah yang kemudian membuat sebagian orang Betawi menyebut Oplet dengan sebutan "Ostin".

Umumnya, Oplet memiliki satu pintu di belakang untuk pintu keluar-masuk penumpang, dan 2 pintu depan untuk sopir (kanan) dan 1 orang penumpang (kiri). Rata-rata 1 oplet memuat 10 orang penumpang di belakang dan 1 penumpang di depan. Hampir semua interior oplet terbuat dari kayu, termasuk jendela dan pintu. Untuk jendelanya, agar terhindar dari hujan, digunakan penutup semacam plastik yang menempel di jendela.

Pada tahun 1979, karena kemampuannya yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pengoperasian Oplet akhirnya dihentikan di seluruh Indonesia, dan digantikan dengan kendaraan umum produksi terbaru, yang kini kita kenal dengan sebutan Angkot (Angkutan Kota) dan Bis Damri.

Meski kini telah pensiun, namun Oplet masih dicari orang, terutama para kolektor kendaraan tua. Harganya pun selangit karena produk dan onderdilnya sulit didapat.


Apa Kabarmu Sekarang - ERMY KULLIT

Jazz adalah salah satu musik yang cukup populer di Indonesia. Meski aliran musik ini sangat populer di tahun 1980an, tapi jika ditilik dari sejarahnya, jazz sebenarnya sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak tahun 1930an. Adalah musisi Filipina yang membawa musik ini ke Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1948, musik jazz mulai mendapat tempat di hati masyarakat golongan menengah hingga atas. Banyak grup musik jazz pun berkembang di masa itu, seperti Iskandar's Sextet, The Progressive Trio, The Old Timers, dan Jazz Riders (salah seorang musisinya adalah Bill Saragih, Master Musik Jazz Indonesia).

Tahun 1980an, musik jazz sudah mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama kalangan muda. Bahkan grup musik jazz dengan personil para anak muda pun tumbuh pesat di Indonesia dan meraih popularitas yang sangat baik di masa itu. Selain grup musik, penyanyi jazz pun banyak bermunculan dan menjadi idola di masa itu.

Salah satu penyanyi jazz yang cukup dihormati sekaligus dikagumi karena suara khasnya adalah Ermi Kullit.

Wanita cantik bernama lengkap Ermy Maryam Nurjannah Kullit ini kelahiran Menado, 13 Mei 1955.  Dia menjadi salah seorang penyanyi jazz yang sangat terkenal di Indonesia saat itu, sehingga mendapat julukan "Selena Jones dari Indonesia" (karena gaya menyanyinya yang mirip dengan diva jazz Amerika Serikat era 1940-an tersebut).

Kepiawaian Ermy Kullit dalam hal menyanyi sudah terlihat sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di mana dia sering diminta menjadi penyanyi di pesta ulang tahun teman-temannya. Bahkan saat kelas 3 SMP, dia sudah rutin tampil terbuka dalam berbagai acara festival band bersama teman-temannya. Mereka bahkan melakukan show ke beberapa wilayah Manado kala itu.

Tahun 1973, Ermy hijrah ke Jakarta dan memulai karir menyanyinya di Hotel Marcopolo milik Milky Goeslow (mendiang kakak penyanyi Melly Goeslow). Di hotel inilah, Ermy mendapat kesempatan untuk belajar dan mengasah kemampuan menyanyinya dari para seniornya : Deddy Damhudy, Ivo Nilakresna, Christine Sukandar, dan lain-lain.

Tahun 1974, Ermy mendapat kesempatan untuk merekam album pertamanya berjudul "Cinta". Di album berbentuk piringan hitam itu, Ermy menyanyi-ulang lagu-lagu populer milik Favorite's Group Band. Alhasil album itu sukses, dan membuat Ermy berkesempatan untuk bernyanyi di luar negeri, seperti di Malaysia, Singapura, Bangkok, dan Copacabana (Meksiko).

Setelah melanglang buana ke luar negeri selama beberapa tahun, pada tahun 1981, Ermy kembali ke Indonesia dan memulai karir menyanyinya kembali dari awal. Kini dia berkesempatan menyanyi di Jaya Pub, milik pasangan artis Rima Melati dan (alm) Frans Tumbuan. Di sanalah, Ermy kemudian berkenalan dengan Maestro Musik Jazz Indonesia Ireng Maulana. Mereka pun berkolaborasi sehingga lahirlah album kedua Ermy yaitu Jazzy Dixie (1982). Album ini berisi lagu-lagu pop Indonesia yang digubah ke dalam bentu jazz, seperti Widuri, Kidung, Benci Tapi Rindu, dan Nikmatnya Cinta.

Album itu sukses luar biasa, membuat Ermy Kullit mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Tahun 1984, Ermy kembali meluncurkan album berirama bosanova berjudul Bossas. Album itu berisikan lagu-lagu (alm) Rinto Harahap yang bernuansa pop dan didaur-ulang menjadi bosa-nova. Lagi-lagi album itu sukses dan membuat nama Ermy Kullit makin diperhitungkan di dunia musik jazz Indonesia.

Prestasi Ermy baru mendapatkan pengakuan resmi setelah single dan albumnya yang berjudul "Kasih" (karya Richard Kyoto) meraih nominasi Album Terbaik versi BASF Award tahun 1986. Ermy pun dinobatkan sebagai Penyanyi Jazz Terbaik versi tabloid Monitor kala itu.

Meski sukses luar biasa, nama Ermy Kullit waktu itu mendadak pudar, seiring dengan memudarnya kesuksesan genre musik jazz Indonesia saat memasuki tahun 1990an. Meski demikian, Ermy masih terus aktif berkarya di dunia tarik suara. Ermy pun masih tetap aktif merilis album-album jazz. Album terakhir yang dibuatnya berjudul Di Hatiku (Platinum Record, 2007).

Kabar terakhir yang saya dapatkan, Ermy Kullit juga masih sibuk dengan berbagai acara pentas musik jazz yang rutin diadakan di Indonesia. Terakhir, Ermy Kullit mengikuti pentas Jazz Gunung Bromo / Jazz Gunung yang diadakan tanggal 19 Agustus 2017 silam. Dalam pentas tersebut, Ermy Kullit masih terlihat atraktif dalam membawakan lagu-lagu lawasnya. Bahkan sakin banyaknya penonton yang mengidolakan Ermy Kullit, ada yang pingsan karena terhimpit saat berusaha memberikan bunga kepada Diva Jazz ini.

Sukses dan terus berkarya untuk Jazz Indonesia ya, Mbak Ermy ....




Zona Nostalgia....

Selamat Datang, dan Selamat menikmati Blog saya berikut ini di mana Blog ini berisi tentang hal-hal menyenangkan yang pernah menjadi bagian dari lembaran masa lalu kita.

Film-film era bisu hingga tahun 1990an....

Lagu-lagu memori berbagai genre ....

Tren di masa lalu ....

Makanan jadul....

Hingga hal-hal unik lainnya yang mungkin tidak akan terjadi lagi di masa kini....

So.... nikmati Kenangan Masa Lalu di Zona ini....

NO SARA...

NO HOAX....

NO PROVACATIVE ....

NO HATE SPEECH ....

JUST ENJOY THE SHOW ....