Tahun 1980an, musik jazz sudah mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama kalangan muda. Bahkan grup musik jazz dengan personil para anak muda pun tumbuh pesat di Indonesia dan meraih popularitas yang sangat baik di masa itu. Selain grup musik, penyanyi jazz pun banyak bermunculan dan menjadi idola di masa itu.
Salah satu penyanyi jazz yang cukup dihormati sekaligus dikagumi karena suara khasnya adalah Ermi Kullit.
Wanita cantik bernama lengkap Ermy Maryam Nurjannah Kullit ini kelahiran Menado, 13 Mei 1955. Dia menjadi salah seorang penyanyi jazz yang sangat terkenal di Indonesia saat itu, sehingga mendapat julukan "Selena Jones dari Indonesia" (karena gaya menyanyinya yang mirip dengan diva jazz Amerika Serikat era 1940-an tersebut).
Kepiawaian Ermy Kullit dalam hal menyanyi sudah terlihat sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di mana dia sering diminta menjadi penyanyi di pesta ulang tahun teman-temannya. Bahkan saat kelas 3 SMP, dia sudah rutin tampil terbuka dalam berbagai acara festival band bersama teman-temannya. Mereka bahkan melakukan show ke beberapa wilayah Manado kala itu.
Tahun 1973, Ermy hijrah ke Jakarta dan memulai karir menyanyinya di Hotel Marcopolo milik Milky Goeslow (mendiang kakak penyanyi Melly Goeslow). Di hotel inilah, Ermy mendapat kesempatan untuk belajar dan mengasah kemampuan menyanyinya dari para seniornya : Deddy Damhudy, Ivo Nilakresna, Christine Sukandar, dan lain-lain.
Tahun 1974, Ermy mendapat kesempatan untuk merekam album pertamanya berjudul "Cinta". Di album berbentuk piringan hitam itu, Ermy menyanyi-ulang lagu-lagu populer milik Favorite's Group Band. Alhasil album itu sukses, dan membuat Ermy berkesempatan untuk bernyanyi di luar negeri, seperti di Malaysia, Singapura, Bangkok, dan Copacabana (Meksiko).
Setelah melanglang buana ke luar negeri selama beberapa tahun, pada tahun 1981, Ermy kembali ke Indonesia dan memulai karir menyanyinya kembali dari awal. Kini dia berkesempatan menyanyi di Jaya Pub, milik pasangan artis Rima Melati dan (alm) Frans Tumbuan. Di sanalah, Ermy kemudian berkenalan dengan Maestro Musik Jazz Indonesia Ireng Maulana. Mereka pun berkolaborasi sehingga lahirlah album kedua Ermy yaitu Jazzy Dixie (1982). Album ini berisi lagu-lagu pop Indonesia yang digubah ke dalam bentu jazz, seperti Widuri, Kidung, Benci Tapi Rindu, dan Nikmatnya Cinta.
Album itu sukses luar biasa, membuat Ermy Kullit mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Tahun 1984, Ermy kembali meluncurkan album berirama bosanova berjudul Bossas. Album itu berisikan lagu-lagu (alm) Rinto Harahap yang bernuansa pop dan didaur-ulang menjadi bosa-nova. Lagi-lagi album itu sukses dan membuat nama Ermy Kullit makin diperhitungkan di dunia musik jazz Indonesia.
Prestasi Ermy baru mendapatkan pengakuan resmi setelah single dan albumnya yang berjudul "Kasih" (karya Richard Kyoto) meraih nominasi Album Terbaik versi BASF Award tahun 1986. Ermy pun dinobatkan sebagai Penyanyi Jazz Terbaik versi tabloid Monitor kala itu.
Meski sukses luar biasa, nama Ermy Kullit waktu itu mendadak pudar, seiring dengan memudarnya kesuksesan genre musik jazz Indonesia saat memasuki tahun 1990an. Meski demikian, Ermy masih terus aktif berkarya di dunia tarik suara. Ermy pun masih tetap aktif merilis album-album jazz. Album terakhir yang dibuatnya berjudul Di Hatiku (Platinum Record, 2007).
Kabar terakhir yang saya dapatkan, Ermy Kullit juga masih sibuk dengan berbagai acara pentas musik jazz yang rutin diadakan di Indonesia. Terakhir, Ermy Kullit mengikuti pentas Jazz Gunung Bromo / Jazz Gunung yang diadakan tanggal 19 Agustus 2017 silam. Dalam pentas tersebut, Ermy Kullit masih terlihat atraktif dalam membawakan lagu-lagu lawasnya. Bahkan sakin banyaknya penonton yang mengidolakan Ermy Kullit, ada yang pingsan karena terhimpit saat berusaha memberikan bunga kepada Diva Jazz ini.
Sukses dan terus berkarya untuk Jazz Indonesia ya, Mbak Ermy ....
No comments:
Post a Comment